Sabtu, 06 Juli 2024

Memaknai Pergeseran


Melihat reels yang diposting keponakan tentang berani mencoba, percaya diri dan selalu berpikir positif membuatku berpikir wah, keponakan kecilku sudah dewasa, keren sekali. Aku jadi mengingat-ingat dulu seusia itu aku sedang apa ya? Mikirnya keterusan dan malah jadi menyadari bahwa dalam perjalanan menuju usia dewasa banyak pergeseran dalam diri kita sendiri.


Dulu, kupikir tulisan dengan kata-kata rumit dan puitis adalah juaranya. Kini, tulisan yang menghangatkan hati ternyata lebih nyaman dibaca.

Dulu, kukira PR Fisika adalah hal yang rumit. Sekarang ternyata lebih rumit untuk tetap bersikap baik pada manusia-manusia dengan logika di luar prediksi BMKG dan kadang jadi pengen balik ke masa ngerjain PR Fisika aja wkwk.

Dulu, minum air putih tidaklah menarik. Setelah bertambah usia, ternyata memang sebutuh itu dengan air putih.

Yah, menjadi dewasa ternyata bukan saja perihal menjadi tua, tapi juga tentang menemui dan memaknai banyak pergeseran dalam hidup kita. Dan aku senang, keponakan kecilku memulai perjalanannya menuju usia dewasa dengan banyak pergeseran ke hal baik 🤍

***
Unggahan hari ke-25 #30haribercerita

Semoga Sehat Selalu

Bertahun-tahun bekerja tentu aku sudah menjumpai banyak karakter pasien saat sedang diberi penjelasan tentang informasi obat. Ada yang mendengarkan sambil lalu, ada yang sambil main handphone, ada yang sangat terburu-buru hingga nyaris seperti akan melesat terbang, ada yang menyimak tapi tak juga mengerti, tapi tentu banyak pula yang menyimak dengan baik sampai selesai.


Hari ini pun begitu. Setelah menjelaskan informasi obat dan mengucapkan terima kasih pada pasien, biasanya pasien kemudian berlalu. Tapi tadi ada seorang pasien yang membalas ucapan terima kasih lalu berkata padaku, "Semoga sehat selalu ya, Mbak." Aku tersenyum (meski gak kelihatan karena pakai masker) dan membalas, "Aamiin."

Aku jadi ingat dulu sekali, ada seorang ibu lanjut usia yang rutin datang periksa. Beliau pun selalu berkata hal yang sama padaku setiap kali aku selesai memberi informasi obat. Katanya, "Terima kasih ya suster. Semoga sehat selalu, Tuhan memberkati." Meski aku bukan suster, aku tidak ingin mengoreksi. Tapi kini pasien itu tidak pernah berkunjung, semoga artinya beliau sehat-sehat saja.

Di tengah gempuran orang yang selalu terburu-buru dan merasa penjelasan obat tidak terlalu berguna, aku bersyukur masih ada orang-orang yang seperti itu. Perasaanku menjadi hangat ketika mereka yang sedang sakit mendoakan kami yang sehat ini untuk selalu sehat. Rasanya aku dan pekerjaanku menjadi berguna dan berharga.

Panjang umur orang baik!

***
Unggahan hari ke-23 #30haribercerita

Unggahan ini di-repost oleh akun @30haribercerita 🤍



Journaling

Baru-baru ini aku sedang menggemari kegiatan journaling, art journal. Kalau boleh dibilang sejak dulu aku sudah akrab dengan kegiatan journaling ini, hanya saja dulu aku menyebutnya menulis diary. Tidak lagi menulis diary, kini aku mencoba art journal.


Journaling secara harfiah artinya menulis jurnal. Ada beberapa macam jurnal yang dikenal seperti gratitude journal, morning journal, self-reflective journal, reading journal, bullet journal, art journal, scrapbook journal dan masih banyak lagi.

Gratitude journal adalah jurnal sebagai wadah untuk mensyukuri hal-hal setiap harinya. Morning journal seperti namanya adalah jurnal yang ditulis di pagi hari. Bisa berisi apa saja seperti ide, hal yang akan dilakukan atau apa yang sedang dipikirkan. Self-reflective journal biasanya ditulis di akhir hari sebagai refleksi diri. Reading journal adalah jurnal tentang buku yang sedang dibaca. Bisa tentang progresnya maupun reviewnya. Bullet journal biasanya berisi hal-hal yang harus dilakukan (to-do list) atau rencana harian pun mingguan. Art journal adalah jurnal yang memfokuskan pada penyajian visualnya. Meski mirip dengan art journal, scrapbook journal memfokuskan pada penyajian kenangan atau memorabilia. CMIIW.

Kenapa memilih art journal? Ya gak papa. Menyenangkan saja sepertinya. Kegiatan tempel menempel, menghias kertas, menambahinya dengan kata-kata dan bahkan saat memilih printilan untuk ditempelkan terlihat menyenangkan. Dan lagi tidak ada aturannya, aku bisa menggabungkan bullet journal dan art journal. Atau gratitude journal dengan art journal. Bebas. Suka-suka.

Kegiatan journaling ini diyakini memiliki banyak manfaat. Diantaranya adalah mengurangi kecemasan, mengelola emosi, membantu fokus, memperkuat ingatan, bahkan membantu mengatasi depresi.

Nah, journaling selain seru ternyata banyak manfaatnya ya. Mau coba juga?

***
Unggahan hari ke-22 #30haribercerita

***
Di bawah ini kusertakan beberapa gambar hasil journalingku wkwk









 

 





 

Kata Favorit: Ibu

Ibu adalah kata favoritku. Menurut KBBI kata Ibu memiliki arti wanita yang telah melahirkan seseorang; sebutan untuk wanita yang sudah bersuami; panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami maupun yang belum; bagian yang pokok; yang utama di antara beberapa hal lain; yang terpenting.


Tapi sejak Ibu berpulang 17 tahun lalu, kata Ibu memiliki makna yang lebih luas untukku. Ibu juga bermakna perpisahan; kematian; sendirian; rindu; pulang; rumah; dingin; langit; senja; hujan; hutan; gunung; laut; bunga; buku; teman. Sejak tak lagi bisa melihatnya, Ibu menjelma menjadi semua kata.

Ibu adalah kata yang tidak pernah menjadi asing. Sekalipun aku tidak pernah lagi bisa memanggilnya. Sekalipun aku tak pernah lagi bisa menyentuhnya. Tapi aku selalu bisa menuliskannya. Menulis tentangnya.

Dan bahkan ketika akan memberi nama usaha kecilku yang baru, yang terpikir adalah Madre. Sebuah kata dengan makna yang sama, Ibu. Kupikir, dengan begitu Ibu akan memberi restu.


***
Unggahan hari ke-17 #30haribercerita dengan tema Kata Favorit.

Jumat, 05 Juli 2024

Olahraga Ra Sepiro, Jajane Ra Kiro-kiro


Minggu pagi beberapa bulan lalu aku lari pagi di lapangan Pemda. Tentu saja niat berolahraga itu didorong oleh angka di timbangan yang terus bergerak naik. Berat rasanya (badan ini). Ditemani suami, aku pun melaksanakan niatku yang terpuji itu.


Setelah satu putaran, aku memperlambat tempo lalu akhirnya berjalan. Sudah lama tidak berolahraga, ngos-ngosan juga. Saat berjalan, kami melewati sekumpulan remaja yang sedang ngobrol. Dan tepat saat kami melewati mereka, salah seorang berkata pada temannya, "Olahragane ra sepiro, jajane ra kiro-kiro" (Olahraganya gak seberapa, jajannya gak kira-kira/banyak). Seketika suami melihat ke arahku dan terkikik. Tatapannya seolah berkata, "Kamu banget."

Setelah beberapa kali lari pagi di lapangan Pemda memang ujung-ujungnya jajan sih. Lari satu putaran, pulangnya bawa banyak tentengan. Mulai dari donat, bomboloni, mille crepes, lumpia, serenteng ciki yang lagi promo dan jajanan-jajanan lainnya. Selain ramai sebagai tempat olahraga, di sekitaran lapangan Pemda Sleman terutama pada hari Minggu memang banyak pedagang makanan. Yaudah gimana dong. Godaan jajan makanan memang sulit ditahan.

Dan sekarang, tiap kali aku mengajak lari pagi ke lapangan Pemda, sambil tergelak suami akan mengucapkan mantra olahraga ra sepiro jajane ra kiro-kiro. Ada yang gitu juga gak sih? 😆

***
Unggahan hari ke-14 #30haribercerita

Teka-Teki Rumah Aneh


Buku ini adalah buku pertama yang kuselesaikan di tahun 2024. Tipe novel yang page turner, jadi bisa selesai bahkan dalam sekali duduk. Novel 220 halaman ini memiliki format dialog. Baru pertama sih kayaknya baca novel dengan format seperti ini, ternyata seru dan berasa kayak lagi ngobrol. Terjemahannya pun oke.


Novel ini bercerita tentang seseorang yang ingin membeli rumah bekas di Tokyo. Sebenarnya dia suka rumah itu karena lingkungannya yang bagus, tapi melihat tata letak rumah yang agak aneh akhirnya dia meminta tolong temannya (tokoh utama) untuk membantu mengecek denah rumah.

Tokoh utama pun kemudian mengajak kenalannya yang seorang arsitek untuk berdiskusi tentang denah rumah itu. Dari diskusi mereka berdua muncul beragam asumsi. Mulai dari asumsi yang biasa saja sampai asumsi terliar yang mampu mereka pikirkan.

Makin dibaca malah makin deg-degan dan makin mikir ya ampun gila sih. Gak kepikiran. Siapa sangka dibalik denah rumah yang aneh itu menyimpan cerita dan rahasia turun temurun yang mengerikan. Dan endingnya novel ditutup dengan asumsi liar (lagi-lagi) dari sang arsitek. Bikin penasaran aja 😌

Gak mau spill banyak sih biar serunya gak hilang pas kalian baca sendiri bukunya 🤭

***
Unggahan hari ke-9 #30haribercerita

Apakah Aku Cukup Mencintai Diriku Sendiri?

Akhir tahun lalu, aku menonton sebuah series Korea berjudul Daily Dose of Sunshine. Banyak insight yang kudapat setelah menonton series yang dibintangi Park Bo-young ini. Ada bagian yang sempat kutulis di blog juga biar tidak lupa.


Selesai menonton aku sempat bertanya pada diriku sendiri, "Apakah aku sudah berterima kasih pada diriku sendiri?", "Apakah aku cukup mencintai diriku sendiri?"

Kita sering kali lupa berterima kasih pada diri sendiri. Untuk banyak hal yang telah berhasil dilewati, untuk tetap berjuang dan tidak menyerah, untuk menerima dan bersabar, untuk belajar dan bertumbuh, dan bahkan untuk menyelesaikan hal-hal kecil yang seringkali dianggap biasa saja.

Dan kadang, kita lupa mencintai diri kita sendiri. Kita sibuk mengurus banyak hal, memenuhi kepentingan orang lain, begitu peduli pada pendapat orang lain sampai lupa mendengarkan suara dan keinginan sendiri juga lupa beristirahat untuk diri sendiri.

Melalui series ini aku merasa kembali diingatkan. Bahwa memiliki keinginan sendiri bukanlah suatu kejahatan. Dan tidak apa-apa mengatakan 'tidak' pada orang lain. Bahwa sesekali kita harus berterima kasih pada diri sendiri dan tidak lupa mencintai diri sendiri.

***
Unggahan hari ke-8 #30haribercerita

Sebenarnya tulisan tentang drama ini pernah aku unggah di blog juga. Selengkapnya silakan baca http://kertas-daurulang.blogspot.com/2023/12/daily-dose-of-sunshine.html?m=1

Bila Tak Ada Esok Pagi


Pada suatu malam di bulan Oktober yang sendu ~sendu karena lelah akibat lembur kerja beberapa minggu~ aku datang ke tempat fotokopian. Aku berniat merevisi instruksi dan menambah laporan yang harus dijilid.

"Pak, maaf gak jadi ambil sekarang. Jadinya tambah satu jilidan ya. Kalau misal diambil besok pagi bisa?", tanyaku.
"Gimana kalau besok pagi gak ada?"
"......."
Jujur aku gak ngerti apa yang lagi diomongin bapak fotokopian. Apakah maksudnya fotokopiannya tutup? Atau gak bisa selesai besok pagi? Waktu itu aku benar-benar sedang lelah, lapar, ngantuk, otak pun rasanya jadi lambat berpikir. Akhirnya aku bertanya setelah hening beberapa saat.
"Gimana, Pak?"
"Gimana kalau gak ada besok pagi?"
Setelah pertanyaannya diulang, aku mulai paham. Ya Allah si bapak 😭
"Ehee..insyaaAllah ada besok pagi," jawabku.
Dan si bapak fotokopian pun cuma nyengir.

Hidup lagi capek-capeknya dan diingatkan bapak fotokopian kalau hidup cuma sementara. Bisa saja tidak ada esok pagi untuk kita.

***

Unggahan hari ke-4 #30haribercerita