Kembali ke Lombok belum pernah terasa asing. Sekalipun bertahun-tahun kemudian. Entah mengapa. Seperti tahun ini, aku kembali ke Lombok. Memilih berlebaran dengan Mbak Ana, kakak perempuanku. Namun sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan, aku terdampak aturan dilarang mengambil cuti di tanggal cuti bersama. Maka berangkatlah aku persis di tanggal setelah tanggal cuti bersama berakhir. Tidak banyak yang akan kuceritakan. Hanya rekap singkat perjalanan untukku yang pelupa.
26 April 2023
Ini adalah penerbanganku yang pertama setelah beberapa tahun akibat pandemi Covid-19. Dan kali pertama juga mencoba kereta api bandara hihi. Rasanya menyenangkan bisa bepergian dengan bebas lagi. Tapi rasa senang itu tidak berlangsung lama. Begitu sampai di bandara Lombok, barulah kami tahu kalau bagasi satu pesawat masih tertinggal di Jogja. Ha-ha. Para penumpang pun berbondong-bondong protes. Setelah berunding serta mempertimbangkan waktu yang juga sudah malam kami sepakat mengambil ke bandara esok hari daripada menunggu lama bila dikirimkan.
|
Yogyakarta International Airport |
27 April 2023
Setelah sarapan nasi kaput ~sejak di Jogja aku berencana makan nasi kaput setiap pagi di Lombok~, kami bersantai dan menghabiskan waktu berkumpul dan mengobrol. Empat tahun tidak bertemu keponakanku sudah besar-besar 🥺. Kami tidak ada agenda hari ini selain kembali ke bandara dan mengambil yang tertinggal.
|
Nada, si keponakan yang udah gede aja 🥺 |
|
Nasi kaput dengan aneka macam lauk |
Aku dan suami juga tidak ada rencana pasti akan jalan-jalan kemana di kunjungan Lombok kali ini. Hanya ingin berkumpul bersama keluarga. Toh Lombok tidak pernah kehabisan tempat untuk dikunjungi.
28 April 2023
Pagi-pagi setelah sholat subuh kami diajak ke Pantai Labuhan Haji. Langit masih gelap, mata masih mengantuk, dan tak ada seorangpun yang sudah mandi.
Sarapan di pantai. Itu tujuannya wkwk. Tapi karena masih pagi benar, banyak warung yang belum buka. Tidak banyak pilihan. Dan yang kami pilih ternyata tidak seenak itu. Masih lebih enak masakan rumahan buatan Mbak Ana.
|
Pantai Labuhan Haji |
29 April 2023
Setelah beberapa hari berkegiatan (mengobrol dan menjajal aneka makanan-jajajan Lombok) di rumah, hari ini aku dan suami akan jalan-jalan. Tujuan hari ini adalah pantai favorit kami; Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan dan Bukit Merese. Siapa sangka akhirnya kami hanya naik Bukit Merese ~yang kali ini sudah hijau~ dan melihat pantai penuh manusia dari atas bukit.
|
Sate Rembiga yang super enak |
Berbeda dengan Jogja, Idul Fitri di Lombok tidak hanya dirayakan saat hari H atau beberapa hari setelahnya saja. Seminggu setelah hari H, Lombok kembali berlebaran. Dan malah lebih meriah. Takbir kembali menggema. Masyarakat berbondong-bondong ziarah leluhur dilanjutkan ke pantai untuk rekreasi sambil menikmati bekal ketupat dan pelengkapnya. Lebaran Topat (Lebaran Ketupat) namanya. Kukira takkan seramai itu, tapi ternyata memang SE-RAMAI itu. Pantai benar-benar penuh. Lautan manusia. Kurasa aku cukup beruntung bisa melihat dan secara tidak langsung bergabung dalam perayaan Lebaran Topat di Lombok.
|
Bukit Merese |
30 April 2023
Hari ini aku dan suami akan berjalan-jalan ke air terjun yang cukup terkenal di Lombok. Air Terjun Benang Stokel dan Air Terjun Benang Kelambu.
Benang Stokel menurut bahasa setempat kira-kira artinya segumpal benang. Hal ini mengacu pada wujud air terjun yang menyerupai benang yang diikat menyatu. Air terjun yang memiliki dua terjunan air setinggi 30 meter ini memiliki kisah mitosnya yang terkenal. Konon Air Terjun Benang Stokel menjadi tempat membersihkan diri Dewi Anjani ~makhluk gaib yang dipercaya menunggu Gunung Rinjani~.
|
Air Terjun Benang Stokel |
Begitu pula Benang Kelambu yang disebut demikian karena wujudnya yang menyerupai kelambu/tirai. Berbeda dari air terjun kebanyakan yang airnya seolah tumpah deras, Benang Kelambu airnya tumpah tipis-tipis dari sela tetumbuhan dan nampak lembut. Cantik sekali.
|
Air Terjun Benang Kelambu |
Perjalanan menuju air terjun dari tempat parkir tidak dekat tapi juga tidak begitu jauh. Kami berjalan kaki sekitar 20 menit dengan pepohonan yang rimbun di kanan dan kiri untuk sampai di Air Terjun Benang Stokel. Dan sekitar 25 menit berjalan kaki dari Benang Stokel untuk sampai ke Benang Kelambu. Tapi itu sepadan dengan yang akhirnya kami jumpai. Benang Kelambu benar-benar cantik. Bagi yang tidak mau terlalu lelah berjalan, setelah keluar dari Benang Kelambu terdapat fasilitas ojek yang bisa ditumpangi untuk kembali ke pintu masuk objek wisata.
|
Track menuju air terjun |
Kami beristirahat sejenak sebelum akhirnya memutuskan dengan spontan akan ke Pantai Pink. Pantai yang berada di ujung pulau dan berjarak kira-kira dua jam perjalanan bermotor dari Benang Kelambu. Kalau diingat-ingat kembali, kami ternyata se-random itu wkwk
Setelah dua jam perjalanan yang cukup melelahkan, sampailah kami di Pantai Pink. Pantai masih ramai. Entah karena hari libur atau masih lanjutan Lebaran Topat kemarin. Kami pun memilih melipir ke atas bukit di sebelah pantai. Dan pemandangan dari atas bukit nyatanya lebih cantik. Lombok memang secantik ini.
|
Pantai Pink |
|
Sunset |
|
Foto terakhir sebelum hp mati kehabisan baterai |
Hari mulai gelap ketika kami turun. Baterai handphone sudah habis. Cukup untuk hari ini. Saatnya pulang. Dan ternyata kami kesasar. Hahaha. Udahlah pulang malam, kesasar di antah berantah, gerimis pula. Tapi alhamdulillah akhirnya sampai rumah dengan selamat dan sukses membuat orang rumah khawatir :p
1 Mei 2023
Rencana ke Sembalun yang sempat gagal beberapa kali akhirnya terealisasi. Pagi-pagi benar Mbak Ana membangunkan kami semua untuk bersiap ke Sembalun. Langit belum lagi terang, jalanan dengan kelokan yang menantang masih lengang. Baru pukul tujuh pagi ketika kami serombongan sampai di Taman Wisata Pusuk Sembalun. Dikelilingi bukit nan hijau, suasana pagi di Sembalun terasa dingin khas pegunungan. Beberapa monyet liar sesekali menghampiri. Penasaran apakah kami membawa makanan.
|
Family 🤍 (minus Mas Toni yang lagi sibuk banget) |
Beranjak dari Pusuk, kami menuju Sembalun Lawang, mengunjungi rumah salah seorang kawan Nada ~keponakanku~. Siti namanya. Dari rumah Siti, aku bisa melihat sedikit bagian Gunung Rinjani. Ah, ingin sekali mendaki ke sana. Dan oh, di rumah Siti pula untuk kali pertama aku mencoba isi buncis yang dimakan seperti kacang. Isian buncis khas Sembalun itu dikeringkan terlebih dahulu sebelum kemudian diolah dan dibumbui hingga akhirnya menjadi cemilan yang enak. Terima kasih ya, Siti 😆
|
Buncis Sembalun |
Pulang dari rumah Siti, kami turun dari Sembalun. Sepanjang perjalanan, mata benar-benar dimanjakan pemandangan di kanan dan kiri kami. Bukit-bukit hijau yang menjulang, langit yang biru, perkebunan warga setempat, juga Rinjani yang tampak cantik sekali.
Mengunjungi Pohon Purba Lian di Pringgabaya adalah agenda terakhir kami hari itu. Pohon Purba ini diyakini berusia ratusan tahun. Menjulang dengan ketinggian sekitar 40 meter dan diameter yang seukuran pelukan 3 sampai 4 orang dewasa, pohon ini benar-benar mewujud pohon raksasa. Akarnya yang panjang mencuat hingga lebih dari satu meter di atas permukaan tanah. Setelah puas berkeliling melihat pepohonan raksasa, kami beristirahat di berugak kecil sambil menikmati bakso pentol yang entah kenapa rasanya selalu lebih enak dibanding yang dijual di Jogja :p
|
Pohon purba |
3 Mei 2023
Cuti sudah hampir habis, saatnya kembali ke Jogja. Lombok, akan selalu punya ruang tersendiri di hati. Sekalipun aku kembali setelah bertahun-tahun dan Lombok juga terus berubah, bagiku tempat itu akan selalu sama hangatnya. Sehangat kenanganku. Kenangan masa kecil, kenangan rumah kami, juga kenangan tentang Ibu.
|
Sampai jumpa lagi, Lombok |