Jumat, 23 Februari 2024

2024

 


2024 diawali dengan ikut #30haribercerita lagi. Tahun ini rasanya kurang greget, ide juga sering macet. Meski tentu saja diusahakan konsisten 30 hari. Apa sebaiknya tidak ikut dulu tahun depan?

Seperti tahun lalu, ada beberapa tulisan yang akan aku post ulang di blog. Sebagai pengingat. Karena kadang-kadang aku ingin mengarsipkan beberapa postingan di instagram. Biar gak kebanyakan. Hehe.

Aku berharap 2024 membawa perubahan baik. Untuk apapun itu.

Kamis, 14 Desember 2023

Wonosobo, 2023


Setelah beberapa bulan yang penuh lembur dan stres karena pekerjaan, sepertinya aku layak (atau butuh) untuk sebuah liburan singkat (meskipun inginnya lamaan dikit). Sisa cuti tahun ini pun kuambil. Namun belum ada rencana akan ke mana. Pilihan liburan masih seputar Dieng, Malang, atau goler-goler saja di rumah. H-1 malam aku dan suami masih diskusi dan belum ada keputusan wkwk. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya diputuskan Dieng akan kembali menjadi tujuan kami kali ini. Malam itu juga kami menentukan beberapa destinasi yang akan kami kunjungi, reservasi hotel dan packing. Super kilat.

16 November 2023

Sekitar pukul tujuh lewat tiga puluh menit pagi kami bersiap berangkat. Kali ini kami akan mencoba rute baru, lewat Borobudur. Menurut map, rute ini dapat memangkas waktu perjalanan hingga satu jam. Aku hanya berharap jalannya bagus dan tidak hujan. Sempat bertemu gerimis dan gerimis agak deras meski sebentar. Kami cukup berteduh beberapa saat di emperan toko dan tidak perlu memakai jas hujan. Alhamdulillah sesuai perkiraan map, kami sampai di homestay dalam waktu dua jam beberapa menit saja. Tapi karena belum masuk jam check-in, kami hanya menitip tas dan kemudian pergi jalan-jalan. Cuaca Wonosobo hari itu tidak cerah, mendung tapi tidak hujan. 

Berbekal panduan google map, kami melihat beberapa dari list destinasi yang ingin kami kunjungi berada di sekitaran homestay. Yaudah langsung gas aja kan. Tujuan pertama adalah Gunung Cilik. Tapi siapa sangka justru jalan menuju Gunung Cilik malah lebih ciamik. Kami melewati kelok jalan di tengah Kebun Teh Bedakah yang syahdu. Hujan sepertinya baru saja turun dan menyisakan kabut yang menambah keelokan kebun teh. Foto-foto dulu dong tentu. Masa iya secantik itu pemandangannya gak berhenti dan foto.


teh

blusukan

setelah kabut hilang

Puas berkeliling area kebun teh, kami menuju Gunung Cilik. Lepas dari jalan raya, jalan menuju pos masuk Gunung Cilik sungguh membutuhkan keterampilan berkendara. Jalannya masih berupa batu-batu yang tidak rata dan kupikir akan licin saat hujan turun.Tiket masuk Gunung Cilik 10.000 rupiah per orang sudah termasuk biaya parkir. Setelah membayar tiket masuk, kami pun mulai berjalan mendaki Gunung Cilik. Gunung (bisa disebut bukit kurasa) ini memiliki ketinggian 1550 mdpl dan bisa ditempuh sampai ke puncaknya kurang lebih 15 menit berjalan kaki. Kami sempat kehujanan di tengah jalan menuju puncak gunung. Alhamdulillah hanya sebentar lalu reda. Beruntung hanya ada kami berdua saat di puncak, bisa puas berfoto. Pemandangan dari puncak gunung sungguh luar biasa. Hamparan kebun teh dengan kabut di sana sini menambah kecantikannya. Meski sayang sekali Gunung Sindoro-Sumbing tidak terlihat karena mendung. Apakah ini artinya kami harus ke sana lagi lain kali?

menuju pos masuk Gunung Cilik

track

puncak Gunung Cilik

pemandangan dari puncak

foto sendiri dulu

foto berdua

ganti pose

pose apa lagi ya?

pose pura-pura menatap masa depan

yaudah lah ya bebas aja

Kami turun dari puncak gunung saat mulai banyak pengunjung yang datang. Hari belum terlalu sore, sepertinya sempat ke destinasi kedua. Telaga Bedakah. Saat kami sampai di tujuan, ternyata Telaga Bedakah tidak seperti yang terlihat di foto-foto instagram. Telaganya tidak terlalu besar, Gunung Sindoro-Sumbing pun sedang tidak terlihat, dan lagi saat kami sampai banyak rombongan piknik ibu-ibu yang memenuhi sudut-sudut teduh. Beruntung kami bisa melihat dari luar situasinya dan memutuskan untuk tidak masuk. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang (agak sore) sebelum kembali ke homestay untuk beristirahat.

17 November 2023

Hari kedua. Bangun pagi dengan embun sejuk di seluruh permukaan pintu kaca rasanya sungguh berbeda, menyegarkan. Menyenangkan menikmati pagi dengan santai, menikmati teh hangat dan sempat membaca buku serta tidak terburu-buru dan berusaha tepat waktu menyiapkan segalanya. 

selamat pagi

Hari ini kami berencana mengunjungi Kebun Teh Tambi. Destinasi selanjutnya diputuskan nanti saja melihat cuaca. Berangkat dengan santai, kami sarapan dulu di kedai sop ayam dan tiba di Kebun Teh Tambi sekitar pukul sepuluh pagi. Kami membayar 10.000 rupiah per orang untuk tiket masuk Kebun Teh Tambi/Patean Tambi. Berbeda dengan saat terakhir kali aku berkunjung belasan tahun lalu, Tambi sekarang sepertinya dikelola cukup baik sebagai tempat wisata. Disediakan jembatan kayu bagi para pengunjung, selain menambah kenyamanan kurasa ini sekaligus untuk mengurangi kerusakan pohon teh dari tangan-tangan jail pengunjung. Terdapat pula kedai kopi mungil di area kebun. Tempat yang cocok sekali untuk bersantai, kecuali di bagian banyaknya lalat. Entah karena apa banyak sekali lalat beterbangan, sungguh mengganggu. Puas berkeliling kebun teh, aku bersantai di kedai kopi sambil menunggu suami yang keluar sebentar untuk shalat jumat di masjid. Sekembalinya suami dari sholat jumat, kami bersantai sejenak lagi menikmati teh sebelum beranjak pergi makan siang. 

Patean Tambi

hamparan kebun teh

jembatan kayu



ngeteh with a view

ngobrol

Makan siang kami kali ini makanan khas kota Wonosobo, mie ongklok. Dulu, saat kali pertama mencoba makan mie ongklok aku kurang menyukai rasanya. Kali ini aku ingin mencoba lagi di kedai mie ongklok Bang Amir dan kupikir rasanya cukup enak. Mie ongklok sudah termasuk pelengkapnya sate lima tusuk dihargai 15.000 rupiah saja. Makan siang murah meriah dan enak.

mie ongklok

Cuaca cukup bersahabat meski tidak cerah. Setelah makan siang, kami menuju destinasi kedua untuk hari ini, Telaga Menjer. Telaga atau danau yang berada di ketinggian 1300 mdpl ini terbentuk akibat letusan vulkanik di kaki Gunung Pakuwaja. Dengan luas kurang lebih 70 hektar dan kedalaman 50 meter, Telaga Menjer menjadi telaga terluas di Kabupaten Wonosobo. Selain menjadi tempat wisata, Telaga Menjer dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik melalui PLTA Garung. Pemandangan di Telaga Menjer sungguh cantik. Bila sedang beruntung, Gunung Sindoro pun dapat terlihat dari telaga ini. Disediakan banyak perahu mesin untuk pengunjung yang ingin berkeliling telaga. Kami tidak mencoba naik perahu dan hanya berjalan-jalan di tepian telaga, duduk menikmati pemandangan dan mengobrol sampai sore.

Telaga Menjer



gak tau suami pake filter apa, berasa di film Twilight wkwk

Sudah lewat jam empat sore ketika kami beranjak dari Telaga Menjer. Saatnya pulang ke homestay. Saat di tengah perjalanan, tidak sengaja aku melihat Gunung Sindoro (mudah-mudahan gak salah) yang sejak hari pertama di Wonosobo tertutup kabut dan mendung. Langsung mlipir dong, foto dulu. 

keliatan dikit juga gak papa

lebih dekat lagi

Setelah gunungnya tertutup awan lagi kami melanjutkan perjalanan. Mampir dulu ke masjid buat sholat. Taunya di sebelah masjid ada yang jual martabak mini, yaudah jajan sekalian. Di gerobaknya sih tertulis martabak mini, nyatanya martabaknya gak semini yang biasa dijual di Jogja. Cukup besar dan harganya murah aja dong. Mulai 2.500 rupiah aja tergantung rasa yang dipilih. Karena cuaca mulai dingin dan martabaknya hangat plus terlihat menggiurkan jadilah kami ngemper dulu di tangga masjid makan martabak mini yang gak mini. Nikmat sekali.

makan martabak mini di emperan masjid


18 November 2023

Hari terakhir di Wonosobo. Hari ini niatnya mau bersantai aja di homestay sebelum check-out. Setelah sarapan, mas suami berenang di kolam renang sedangkan aku baca buku aja di tepian kolam. Sungguh pagi yang santai. Menjelang siang, kami packing, check-out, berangkat ke Dieng. Haha. 

ada yang seneng mainan flamingo karet

homestay tempat kami menginap

Kawah Sikidang menjadi destinasi pertama saat sampai Dieng. Berbeda dengan kunjungan terakhir kami, sekarang di Kawah Sikidang telah disediakan jembatan kayu untuk pengunjung. Lebih nyaman dan estetik. Kami membayar 20.000 rupiah per orang untuk tiket terusan Kawah Sikidang dan Candi Arjuna. Kawah Sikidang merupakan kawah aktif terbesar di dataran tinggi Dieng yang terbentuk akibat letusan gunung berapi pada jaman dahulu. Di kawah ini kita bisa melihat lumpur yang meletup-letup dan mengeluarkan kepulan asap putih dengan bau belerang yang khas. Jangan lupa pakai masker terutama saat berada dekat dengan kawah. 

mandatory selfie, biar inget ini di mana wkwk

cari tempat teduh dulu. buat apa?

buat makan dong, jajan baby potato khas Dieng

jalan menuju kawah

Kawah Sikidang

yang penting ada foto di depan kawah

Cukup puas berkeliling, kami beranjak menuju Kompleks Candi Arjuna. Konon, Candi Arjuna diperkirakan sebagai candi tertua di Jawa. Dibangun pada abad ke-8 Masehi, candi ini ditujukan sebagai tempat persembahyangan umat Hindu di masa Mataram Kuno. Selain Candi Arjuna, di kompleks ini juga terdapat candi lain yaitu Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembadra. Karena sudah beberapa kali mengunjungi dan situasi cukup ramai (mungkin karena datang di hari Sabtu) kami sebentar saja di Candi Arjuna. 

di Candi Arjuna

mau ngapain ya? udahlah rame, panas lagi

yaudah pulang aja yuk

oke, foto sekali lagi

Saatnya benar-benar pulang ke Jogja. Tapi oh, karena sudah berada di Banjarnegara sebaiknya beli dawet ayu dulu. Biar merasakan keotentikan dawet ayu khas Banjarnegara yang belinya di Banjarnegara wkwk. Dawet ayu yang manis menutup liburan singkat kami kali ini.

dawet ayu asli Banjarnegara

Sampai jumpa lagi, Dieng. Sampai jumpa lagi, Wonosobo.

Jumat, 08 Desember 2023

Daily Dose of Sunshine

sumber: pinterest

Belum lama ini aku menonton sebuah series yang cukup menarik. Daily Dose of Sunshine. Terdiri dari 12 episode, series ini menceritakan tentang tokoh utama Jung Da-eun ~diperankan oleh Park Bo-young~ , seorang perawat yang pindah dari poli penyakit dalam ke poli psikiatri/kesehatan jiwa. Mulanya Da-eun dapat beradaptasi dengan baik di tempat barunya. Hingga kemudian suatu hari, salah seorang pasien yang merupakan tanggung jawabnya bunuh diri. Da-eun merasa bersalah, sedih dan terpukul. Dan dia tidak lagi bisa menjalani hari-harinya seperti biasa. Da-eun mulai mengalami amnesia disosiatif, tidak mau makan, hanya tidur sepanjang hari dan bahkan mencoba bunuh diri. Da-eun depresi.

Cukup menyesakkan bagiku mengingat adegan-adegan dalam series ini untuk diceritakan kembali. Tapi aku ingin mengingatnya, jadi kurasa harus kutulis meski menyesakkan. Saat kali pertama dibawa ke rumah sakit jiwa, Da-eun menolak menerima kondisinya. Da-eun tidak mau menerima bahwa dia terdiagnosa depresi. Tidak mau meminum obat dan tidak mau membaur dengan pasien lainnya, karena Da-eun menganggap dirinya berbeda dengan pasien lainnya. Namun setelah cukup tenang dalam sebuah konsultasi dengan dokternya dan ingatannya perlahan kembali di malam dia mencoba bunuh diri, Da-eun akhirnya sadar. Da-eun mengakui, menerima kondisinya yang depresi dan menyadari bahwa dia harus memulai pengobatan. 

Selain harus berjuang untuk kesembuhannya, Da-eun pun harus berjuang untuk kembali bekerja sebagai perawat. Ada momen di mana dia merasa ragu dan ingin berhenti. Tapi dukungan orang-orang terdekat terus menguatkan Da-eun untuk kembali bekerja sebagai perawat. Dan bahkan ketika dia harus menghadapi protes dari para wali pasien yang menuntutnya untuk mengundurkan diri, Da-eun dikuatkan untuk terus bertahan dan berjuang.

Series ini memperlihatkan pada kita semua tentang betapa tidak mudah menjalani hidup dengan gangguan kesehatan mental. Stigma dan perlakuan orang lain di luar sana seringkali menambah tekanan. Kisah Da-eun mengajarkan pada kita bahwa tidak apa-apa mengakui dan menerima apa yang kita alami dan rasakan. Menceritakannya kepada orang yang tepat dapat membantu. Juga dukungan orang-orang terdekat yang peduli begitu berpengaruh dalam proses kesembuhan.

Masuk ke bagian yang menarik untukku dari Daily Dose of Sunshine. Ada dialog yang sangat membekas di sesi konsultasi ketika Da-eun akhirnya mengakui dan menerima kondisinya.

sumber: pinterest

Kadang kala, terlalu memikirkan bagaimana perasaan orang lain terasa sangat menyiksa. Seringkali hal itu tidak disadari pada mulanya, namun perasaan menyiksa itu terus menggerogoti dari dalam. Merasa bersalah pada hal yang sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahan kita, merasa tidak enak ketika mendahulukan keinginan sendiri, merasa takut untuk menolak dan berkata tidak. Sekalipun kadangkala sulit dilakukan, kurasa penting untuk meyakinkan diri sendiri di beberapa kondisi bahwa tidak semuanya adalah tanggung jawabku. Tidak semua hal harus aku pikirkan seorang diri. Tidak apa-apa kalau aku melakukan sesuatu yang aku sukai. Tidak apa-apa untuk memilih berbeda dengan pilihan orang lain. Tidak apa-apa untuk menolak dan berkata tidak. Tidak apa-apa kalau orang lain salah paham padamu, tidak menyukaimu. Aku hanya perlu melihat mereka yang mendukungku. Karena aku juga berhak bahagia.


Jumat, 03 November 2023

Dona Dona


"Menurutku, kematian tidak seharusnya menjadi alasan seseorang tidak bahagia. Sebab, tak ada orang yang tak akan mati. Jika kematian adalah penyebab ketidakbahagiaan, berarti semua orang dilahirkan untuk tidak bahagia. Hal itu tidak benar. Setiap orang tentu dilahirkan demi kebahagiaan."
-Yukari Tokita-

***

Berhasil membuatku jatuh cinta pada dua novel sebelumnya yakni Funiculi Funicula dan Funiculi Funicula 2: Kisah-Kisah Yang Baru Terungkap, aku begitu menantikan novel terbaru Toshikazu Kawaguchi, Dona Dona.

Berbeda dengan dua novel sebelumnya yang berlatar sebuah kafe di Tokyo, Dona Dona mengambil latar sebuah lereng di Hakodate, Hokkaido. Meski begitu, benang merah kisahnya masih sama. Tentang perjalanan beberapa orang kembali ke masa lalu atau ke masa depan. Peraturannya pun masih sama. Yang lupa atau ingin tahu peraturannya bisa baca postingan sebelumnya berjudul Funiculi Funicula. https://kertas-daurulang.blogspot.com/2023/05/funiculi-funicula.html?m=1

Dan seperi biasa, ada empat cerita yang disajikan. Tentang empat orang yang ingin melakukan perjalanan waktu. Seorang anak yang ingin protes pada orangtuanya yang sudah meninggal, seorang komedian yang kehilangaan tujuan dan ingin menemui mendiang istri yang sangat dicintai, seorang adik yang mengkhawatirkan kakaknya juga seorang pemuda yang menemui gadis yang disukainya diam-diam. Kisah-kisah ini diceritakan dengan apik, membawa kita merasakan apa yang dirasa si tokoh baik itu dendam, cinta, kenangan, rasa bersalah, penyesalan dan juga harapan. Kisah-kisah di buku ini begitu hangat dan menyentuh sampai aku berkali-kali meneteskan air mata.

Dari ketiga buku seri Funiculi Funicula, Dona Dona adalah buku yang paling kusukai sejauh ini. Sekalipun semua kisah di seri Funiculi Funicula memiliki daya pikat tersendiri, keempat kisah dalam buku Dona Dona begitu menyentuh dan berbeda. Kurasa ini karena setiap kisah berhubungan dengan sosok yang sudah meninggal sehingga efek kesedihannya terasa lebih personal bagiku. Bagaimana kematian sosok yang sangat kita cintai bisa begitu menghancurkan, membuat kita kehilangan harapan, dan berpikiran buruk tentang semua hal di dunia yang diceritakan dalam Dona Dona begitu nyata. 

Hal unik dari Dona Dona selain keempat kisahnya berhubungan dengan orang yang sudah meninggal adalah bahwa keempat kisah itu meskipun berbeda dan sepertinya tidak terkait tapi nyatanya terkait dengan satu orang yang sama. Yukari Tokita, sang pemilik kafe yang meskipun sering bersikap seenaknya tapi kebaikan hatinya menyelamatkan banyak harapan. Begitulah, seringkali dan bahkan kadangkala tanpa disadari, sebuah kebaikan dapat menyelamatkan seseorang dari penyesalan dan keputusasaan.

Minggu, 27 Agustus 2023

Sebuah Catatan Episode Terakhir Celebrity



sumber: pinterest

"Kalian memamerkannya dan membuat hidup kami seperti sampah."
"Apa sulit bagi kalian untuk diam?"
"Apa kalian harus menyombongkan diri?"
"Kumohon diamlah. Itu menjijikkan dan membuatku gila..."

Kalimat-kalimat di atas adalah kalimat yang diucapkan Lee Seon-yeong alias Lee Eun-chae alias _bbbfamous dalam serial Netflix Celebrity episode terakhir. Aku begitu tercengang sampai harus mengulang adegan itu berulang kali. 

Kalimat-kalimat itu mengacu pada sebuah kelompok yang sering kali mengunggah rumah mewah mereka, barang-barang bermerek yang dipakai, juga mobil super mereka di sosial media.

Dan meskipun acuannya berbeda ~tidak melulu bersifat kebendaan pun kemewahan~, kurasa kalimat-kalimat serupa itu pernah melintas di pikiran-pikiran kita.

Kata orang solusinya mudah. Tidak usah buka sosial media. Tidak usah ikuti akunnya. Tidak usah lihat unggahannya. Nyatanya seringkali tidak sesederhana itu. Dia mungkin keluarga, rekan kerja, atau tetangga. Mendadak tidak mengikuti akunnya akan menimbulkan kesalahpahaman yang lain. Yang tidak sederhana untuk dijelaskan.

Tapi sekali lagi, kita tidak pernah bisa menggunakan kutukan imperius seperti Voldemort untuk mengontrol orang lain. Karena tentu saja setiap orang memiliki pemikiran dan perasaannya sendiri. Yang bisa kita lakukan adalah mengontrol diri sendiri. Sekalipun itu artinya menahan diri, sekalipun itu tidak nyaman dan bahkan mungkin menyakitkan.

Hal lain yang kemudian menjadi catatan dari adegan itu adalah pesan bahwa unggahanmu di sosial media mungkin bisa menjadi sumber ketidaknyamanan bagi orang lain. Sebuah pesan untuk jangan over sharing atau jangan berlebihan dalam mengunggah sesuatu ~kehidupan pribadimu~ di sosial media. Apapun itu. Sekali dua kali mungkin akan dilewati begitu saja oleh orang lain. Respon awal mereka mungkin akan ikut senang untukmu atau menganggap itu lucu atau bahkan menjadi kagum padamu. Tapi ketika begitu sering diunggah, begitu detail diceritakan, begitu berlebihan, akan ada orang-orang yang kemudian muak. Dan mungkin tersakiti. Dan bahkan menjadi sumber kekacauan seperti digambarkan di serial drama ini.

Sabtu, 26 Agustus 2023

I K I G A I

"Hal-hal penting untuk kebahagiaan dalam hidup ini adalah adanya sesuatu yang harus dilakukan, sesuatu untuk dicintai, dan sesuatu yang bisa diharapkan."
-Washington Burnap-



Buku ini begitu cepat membuatku jatuh cinta. Covernya, judulnya, uraian singkatnya. Dan begitu mulai membaca, rasanya tidak ingin berhenti sebelum halaman terakhir. Ditulis dengan apik, disertai kisah-kisah menarik, poin-poin penting terhighlight dengan baik dan bahkan disertai peta isi buku secara keseluruhan. Menyenangkan sekali membaca buku ini.

Kata ikigai berasal dari konsep Jepang, yang bisa diterjemahkan kira-kira sebagai "berbahagia dengan tetap menyibukkan diri". Penulis buku ini percaya bahwa mereka yang menemukan ikigai memiliki semua yang dibutuhkan untuk melalui hidup dalam perjalanan panjang yang menyenangkan.

Beberapa orang mungkin sudah menemukan ikigai mereka. Beberapa lagi masih mencari. Buku ini memberikan langkah-langkah untuk mereka yang ingin menemukan ikigainya:
1. Menjaga agar pikiran tetap aktif
2. Menemukan tujuan hidup
3. Melakukan yang terbaik
4. Menemukan hal yang membuat bahagia
5. Meditasi untuk emosi lebih sehat
6. Gunakan flow untuk menemukan ikigai Anda

Flow yang dimaksud dalam buku ini adalah saat dimana kita sepenuhnya tenggelam dalam apa yang sedang kita lakukan. Sehingga waktu berjalan terasa sangat cepat atau tidak terasa dan tidak ada hal lain yang tampak penting. Melalui flow ini pengalaman yang optimal dapat dicapai.

Pulau Okinawa di Jepang yang memiliki banyak centenarian (orang berusia lebih dari 100 tahun) menjadi tempat riset penulis. Mereka melakukan 100 wawancara di Ogimi, sebuah desa di Okinawa yang dijuluki Desa Umur Panjang sebelum akhirnya menerbitkan Ikigai. Dalam wawancara ini penulis mengulik tentang filosofi hidup mereka, ikigai mereka, rahasia umur panjang, kebiasaan hidup, dan bahkan diet ala masyarakat Ogimi.

Pada akhirnya penulis menyimpulkan sepuluh aturan ikigai yang dirangkum dari kebijaksanaan warga Ogimi yang berusia panjang:
1. Terus aktif, jangan pensiun
2. Perlahan saja
3. Jangan penuhi perutmu
4. Kelilingi dirimu dengan teman baik
5. Bugar untuk ulang tahun yang akan datang
6. Senyum
7. Berhubungan kembali dengan alam
8. Bersyukurlah
9. Hiduplah pada saat ini
10. Ikuti ikigai-mu

Banyak bagian yang menurutku menarik dari buku ini. Beberapa diantaranya yang pertama adalah gagasan "Teruslah aktif, jangan pensiun" dimana sekarang banyak orang berlomba-lomba mencari uang sebanyak-banyaknya agar bisa pensiun lebih cepat. Tapi ternyata kalau kita melakukan pekerjaan yang membuat bahagia, kenapa harus pensiun? Boleh jadi kita melakukan pekerjaan yang sekarang karena tuntutan. Kalau begitu, lakukanlah sesuatu yang lain. Yang menyenangkan. Yang membuat bahagia. Dan terus lakukan itu bahkan ketika nanti sudah pensiun dari pekerjaan utama untuk membuat kita tetap aktif.

Yang kedua, buku ini ditulis oleh orang Eropa yang meneliti cara hidup masyarakat Jepang dengan menggunakan banyak penelitian lain sebagai referensi. Uniknya adalah hasil penelitian-penelitian ini sangat relevan dengan ajaran-ajaran dalam agama Islam. Sebut saja aturan ikigai nomor tiga, jangan penuhi perutmu, sesuai dengan anjuran dalam Islam untuk makan ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Dalam bab Diet Ikigai buku ini disebutkan pula tentang rekomendasi Diet 5:2 (dua hari puasa, lima hari makan normal) setiap minggunya. Ini relevan dengan sunah puasa Senin-Kamis dalam Islam. Selain itu, masih banyak hal lain di buku ini yang kurasa begitu relevan seperti bergaul dengan teman-teman yang baik, senyum dan juga bersyukur. Semuanya ada dalam ajaran Islam bahkan sebelum penelitian ini ada.

Membaca buku ini membuatku berfikir betapa sedikit yang aku baca, betapa sedikit yang aku tahu, dan lebih sedikit lagi yang aku mengerti. Tentang diriku, tentang agamaku, tentang hidupku. 



Jumat, 25 Agustus 2023

Lombok, 2023

Kembali ke Lombok belum pernah terasa asing. Sekalipun bertahun-tahun kemudian. Entah mengapa. Seperti tahun ini, aku kembali ke Lombok. Memilih berlebaran dengan Mbak Ana, kakak perempuanku. Namun sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan, aku terdampak aturan dilarang mengambil cuti di tanggal cuti bersama. Maka berangkatlah aku persis di tanggal setelah tanggal cuti bersama berakhir. Tidak banyak yang akan kuceritakan. Hanya rekap singkat perjalanan untukku yang pelupa.

26 April 2023

Ini adalah penerbanganku yang pertama setelah beberapa tahun akibat pandemi Covid-19. Dan kali pertama juga mencoba kereta api bandara hihi. Rasanya menyenangkan bisa bepergian dengan bebas lagi. Tapi rasa senang itu tidak berlangsung lama. Begitu sampai di bandara Lombok, barulah kami tahu kalau bagasi satu pesawat masih tertinggal di Jogja. Ha-ha. Para penumpang pun berbondong-bondong protes. Setelah berunding serta mempertimbangkan waktu yang juga sudah malam kami sepakat mengambil ke bandara esok hari daripada menunggu lama bila dikirimkan.

Yogyakarta International Airport


27 April 2023

Setelah sarapan nasi kaput ~sejak di Jogja aku berencana makan nasi kaput setiap pagi di Lombok~, kami bersantai dan menghabiskan waktu berkumpul dan mengobrol. Empat tahun tidak bertemu keponakanku sudah besar-besar 🥺. Kami tidak ada agenda hari ini selain kembali ke bandara dan mengambil yang tertinggal.

Nada, si keponakan yang udah gede aja 🥺

Nasi kaput dengan aneka macam lauk

Aku dan suami juga tidak ada rencana pasti akan jalan-jalan kemana di kunjungan Lombok kali ini. Hanya ingin berkumpul bersama keluarga. Toh Lombok tidak pernah kehabisan tempat untuk dikunjungi.

28 April 2023

Pagi-pagi setelah sholat subuh kami diajak ke Pantai Labuhan Haji. Langit masih gelap, mata masih mengantuk, dan tak ada seorangpun yang sudah mandi.

Sarapan di pantai. Itu tujuannya wkwk. Tapi karena masih pagi benar, banyak warung yang belum buka. Tidak banyak pilihan. Dan yang kami pilih ternyata tidak seenak itu. Masih lebih enak masakan rumahan buatan Mbak Ana.

Pantai Labuhan Haji




29 April 2023

Setelah beberapa hari berkegiatan (mengobrol dan menjajal aneka makanan-jajajan Lombok) di rumah, hari ini aku dan suami akan jalan-jalan. Tujuan hari ini adalah pantai favorit kami; Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan dan Bukit Merese. Siapa sangka akhirnya kami hanya naik Bukit Merese ~yang kali ini sudah hijau~ dan melihat pantai penuh manusia dari atas bukit.

Sate Rembiga yang super enak

Berbeda dengan Jogja, Idul Fitri di Lombok tidak hanya dirayakan saat hari H atau beberapa hari setelahnya saja. Seminggu setelah hari H, Lombok kembali berlebaran. Dan malah lebih meriah. Takbir kembali menggema. Masyarakat berbondong-bondong ziarah leluhur dilanjutkan ke pantai untuk rekreasi sambil menikmati bekal ketupat dan pelengkapnya. Lebaran Topat (Lebaran Ketupat) namanya. Kukira takkan seramai itu, tapi ternyata memang SE-RAMAI itu. Pantai benar-benar penuh. Lautan manusia. Kurasa aku cukup beruntung bisa melihat dan secara tidak langsung bergabung dalam perayaan Lebaran Topat di Lombok.

Bukit Merese







30 April 2023

Hari ini aku dan suami akan berjalan-jalan ke air terjun yang cukup terkenal di Lombok. Air Terjun Benang Stokel dan Air Terjun Benang Kelambu. 

Benang Stokel menurut bahasa setempat kira-kira artinya segumpal benang. Hal ini mengacu pada wujud air terjun yang menyerupai benang yang diikat menyatu. Air terjun yang memiliki dua terjunan air setinggi 30 meter ini memiliki kisah mitosnya yang terkenal. Konon Air Terjun Benang Stokel menjadi tempat membersihkan diri Dewi Anjani ~makhluk gaib yang dipercaya menunggu Gunung Rinjani~. 

Air Terjun Benang Stokel

Begitu pula Benang Kelambu yang disebut demikian karena wujudnya yang menyerupai kelambu/tirai. Berbeda dari air terjun kebanyakan yang airnya seolah tumpah deras, Benang Kelambu airnya tumpah tipis-tipis dari sela tetumbuhan dan nampak lembut. Cantik sekali.

Air Terjun Benang Kelambu




Perjalanan menuju air terjun dari tempat parkir tidak dekat tapi juga tidak begitu jauh. Kami berjalan kaki sekitar 20 menit dengan pepohonan yang rimbun di kanan dan kiri untuk sampai di Air Terjun Benang Stokel. Dan sekitar 25 menit berjalan kaki dari Benang Stokel untuk sampai ke Benang Kelambu. Tapi itu sepadan dengan yang akhirnya kami jumpai. Benang Kelambu benar-benar cantik. Bagi yang tidak mau terlalu lelah berjalan, setelah keluar dari Benang Kelambu terdapat fasilitas ojek yang bisa ditumpangi untuk kembali ke pintu masuk objek wisata.


Track menuju air terjun

Kami beristirahat sejenak sebelum akhirnya memutuskan dengan spontan akan ke Pantai Pink. Pantai yang berada di ujung pulau dan berjarak kira-kira dua jam perjalanan bermotor dari Benang Kelambu. Kalau diingat-ingat kembali, kami ternyata se-random itu wkwk

Setelah dua jam perjalanan yang cukup melelahkan, sampailah kami di Pantai Pink. Pantai masih ramai. Entah karena hari libur atau masih lanjutan Lebaran Topat kemarin. Kami pun memilih melipir ke atas bukit di sebelah pantai. Dan pemandangan dari atas bukit nyatanya lebih cantik. Lombok memang secantik ini.


Pantai Pink





Sunset


Foto terakhir sebelum hp mati kehabisan baterai

Hari mulai gelap ketika kami turun. Baterai handphone sudah habis. Cukup untuk hari ini. Saatnya pulang. Dan ternyata kami kesasar. Hahaha. Udahlah pulang malam, kesasar di antah berantah, gerimis pula. Tapi alhamdulillah akhirnya sampai rumah dengan selamat dan sukses membuat orang rumah khawatir :p

1 Mei 2023

Rencana ke Sembalun yang sempat gagal beberapa kali akhirnya terealisasi. Pagi-pagi benar Mbak Ana membangunkan kami semua untuk bersiap ke Sembalun. Langit belum lagi terang, jalanan dengan kelokan yang menantang masih lengang. Baru pukul tujuh pagi ketika kami serombongan sampai di Taman Wisata Pusuk Sembalun. Dikelilingi bukit nan hijau, suasana pagi di Sembalun terasa dingin khas pegunungan. Beberapa monyet liar sesekali menghampiri. Penasaran apakah kami membawa makanan.





Family 🤍 (minus Mas Toni yang lagi sibuk banget)

Beranjak dari Pusuk, kami menuju Sembalun Lawang, mengunjungi rumah salah seorang kawan Nada ~keponakanku~. Siti namanya. Dari rumah Siti, aku bisa melihat sedikit bagian Gunung Rinjani. Ah, ingin sekali mendaki ke sana. Dan oh, di rumah Siti pula untuk kali pertama aku mencoba isi buncis yang dimakan seperti kacang. Isian buncis khas Sembalun itu dikeringkan terlebih dahulu sebelum kemudian diolah dan dibumbui hingga akhirnya menjadi cemilan yang enak. Terima kasih ya, Siti 😆


Buncis Sembalun

Pulang dari rumah Siti, kami turun dari Sembalun. Sepanjang perjalanan, mata benar-benar dimanjakan pemandangan di kanan dan kiri kami. Bukit-bukit hijau yang menjulang, langit yang biru, perkebunan warga setempat, juga Rinjani yang tampak cantik sekali. 

Mengunjungi Pohon Purba Lian di Pringgabaya adalah agenda terakhir kami hari itu. Pohon Purba ini diyakini berusia ratusan tahun. Menjulang dengan ketinggian sekitar 40 meter dan diameter yang seukuran pelukan 3 sampai 4 orang dewasa, pohon ini benar-benar mewujud pohon raksasa. Akarnya yang panjang mencuat hingga lebih dari satu meter di atas permukaan tanah. Setelah puas berkeliling melihat pepohonan raksasa, kami beristirahat di berugak kecil sambil menikmati bakso pentol yang entah kenapa rasanya selalu lebih enak dibanding yang dijual di Jogja :p 

Pohon purba





3 Mei 2023

Cuti sudah hampir habis, saatnya kembali ke Jogja. Lombok, akan selalu punya ruang tersendiri di hati. Sekalipun aku kembali setelah bertahun-tahun dan Lombok juga terus berubah, bagiku tempat itu akan selalu sama hangatnya. Sehangat kenanganku. Kenangan masa kecil, kenangan rumah kami, juga kenangan tentang Ibu. 

Sampai jumpa lagi, Lombok