Rabu, 09 Januari 2013

menelisik asik kisah pewayangan di Gua Kiskendo dan menyusuri lika liku jalanan Waduk Sermo




Alkisah pada jaman dahulu hiduplah sepasang kakak beradik bernama Mahesasura dan Lembusura. Mereka adalah pemimpin para binatang buas. Mereka hidup di sebuah gua bernama Kiskendo. Tubuh mereka besar, berbadan manusia namun berkepala hewan. Mereka sakti sekali, hingga bila salah satunya mati maka bisa hidup kembali bila dilangkahi oleh saudaranya.

Satu hari Mahesasura bermimpi menikah dengan dewi tercantik di kahyangan yakni Dewi Tara. Dan saat terbangun, Mahesasura menyampaikan mimpinya pada sang adik, Lembusura. Mahesasura hendak mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan. Maka berangkatlah keduanya menuju kahyangan untuk melamar Dewi Tara. Tapi apa mau dikata, lamaran Mahesasura ditolak oleh para dewa. Menjadi marahlah Mahesasura, merasa terhina. Mereka pun mengamuk di kahyangan dan berhasil menculik Dewi Tara ke bumi.

Para dewa pun kemudian bermusyawarah agar bisa membawa Dewi Tara kembali ke kahyangan dan membinasakan Mahesasura juga adiknya Lembusura. Maka diputuskanlah mereka akan menggunakan kekuatan kedewaan yang disebut Aji Pancasona. Namun kekuatan itu hanya bisa dipergunakan oleh mereka yang putih hatinya. Maka dipilihlah seorang pertapa suci putra Resi Gotama bernama Subali. Subali pun menyanggupi permintaan para dewa. Bersama adiknya Sugriwa, Subali pun berangkat menuju gua tempat tinggal Mahesasura dan Lembusura.

Sampailah Subali dan Sugriwa di mulut gua. Subali meminta adiknya untuk berjaga di depan gua. Tak lama kemudian keluarlah Subali bersama Dewi Tara. Subali pun hendak masuk lagi ke dalam gua untuk membinasakan Mahesasura  dan Lembusura. Namun sebelum masuk, Subali berpesan kepada Sugriwa.
“ Adikku, tolong jaga Dewi Tara disini. Nanti, bila darah yang keluar dari Gua Kiskendo ini berwarna merah, maka berarti akulah yang memenangkan pertarungan. Namun bila darah yang keluar berwarna putih, maka berarti akulah yang tewas. Bila hal kedua yang terjadi, tutuplah mulut gua ini dengan batu besar dan kembalilah ke kahyangan.”

Subali pun bertarung dengan Mahesasura dan Lembusura. Namun ketika Subali sudah membinasakan salah satunya, mereka dapat hidup kembali setelah dilangkahi oleh saudaranya. Maka Subali pun berfikir untuk membinasakan keduanya bersamaan. Subali kemudian mengubah tubuhnya menjadi besar. Setelah itu Subali memegang kepala Mahesasura dan Lembusura dan saling membenturkannya. Binasalah keduanya secara bersamaan. Dan mengalirlah darah yang bercampur otak berwarna merah dan putih.

Melihat hal itu, Sugriwa mengira kakaknya meninggal bersamaan dengan dua raksasa itu. Maka Sugriwa pun kemudian menutup mulut gua dengan batu besar dan kembali ke kahyangan bersama Dewi Tara. Kedatangan mereka disambut gembira oleh para dewa. Setelah mendengar cerita bahwa Subali meninggal, maka para dewa pun menikahkan adiknya yakni Sugriwa dengan Dewi Tara.

Sementara itu Subali yang berhasil memenangkan pertarungan dan hendak keluar dari gua melihat pintu gua ditutup dengan batu besar. Subali merasa dikhianati oleh adiknya. Menjadi marahlah Subali dan menghancurkan batu itu lalu serta merta menuju kahyangan. Sesampainya di kahyangan, Subali melihat adiknya bersanding dengan Dewi Tara di pelaminan. Bertambah marahlah Subali dan langsung menghajar Sugriwa. Sugriwa tak diberi kesempatan untuk menjelaskan. Dan pertarungan sengit antara kakak beradik itu pun tak terelakkan hingga datanglah ayah mereka, Resi Gotama. Setelah mendengar pengakuan dari Sugriwa, menjadi marahlah Resi Gotama kepada Subali. Menurut Resi Gotama tak ada manusia yang berdarah putih. Maka atas ketakaburannya, Subali pun dikutuk oleh ayahnya sendiri. Sedangkan Sugriwa mendapatkan restu untuk menikah dengan Dewi Tara. Dan setelah menikah, Sugriwa membangun sebuah kerajaan bernama Pancawati di Gua Kiskendo.

***

Kurang lebih begitulah kisah yang berkembang populer tentang Gua Kiskendo, sebuah gua yang berada di Pegunungan Menoreh tepatnya di Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Berada di ketinggian 1200 mdpl, gua ini cukup populer sebagai obyek wisata dan masih dianggap tempat keramat oleh masyarakat sekitarnya.

Gua inilah yang kami pilih sebagai destinasi untuk mengisi liburan Natal [25 Desember 2012] lalu. Hari masih pagi ketika Kasih, salah seorang sahabatku sejak SMP, datang ke rumahku. Aku belum lagi mandi dan masih asyik bergelung di kasur sambil menonton acara televisi Home Alone. Setelah sehari yang lalu batal kemana-mana disebabkan oleh ketidakjelasan destinasi dan kemacetan parah yang melanda Jogja, hari itu kami memutuskan untuk plesir de Kulon Progo.

Pukul 10.30 kami bergerak meninggalkan rumah. Berbekal info di internet dan bertanya pada kawan yang sudah pernah kesana, kami menyusuri jalan menuju Gua Kiskendo. Tidak terlalu sulit untuk mencapai gua ini. Cukup mencari Jalan Wates di peta, lalu teruslah ke arah barat hingga bertemu pertigaan terminal Ngeplang. Dari pertigaan itu, beloklah ke kanan atau ke arah utara. Susuri saja jalan utama, ikuti papan petunjuk yang ada. Dan voila! Sampailah kami di Gua Kiskendo. Estimasi kami sempurna meleset. Kami memperkirakan butuh waktu 2 jam untuk mencapai Gua Kiskendo. Tapi ternyata cukup 1 jam saja waktu yang dibutuhkan dari rumahku yang berada di sekitar kawasan Godean.

menuju Gua Kiskendo
Setelah memarkir motor, kami pun membeli tiket masuk ke dalam gua. Cukup membayar 2000 rupiah saja dan kami sudah bebas menikmati obyek wisata Gua Kiskendo. Terdapat sebuah relief besar di dekat pintu masuk Gua Kiskendo. Konon relief ini adalah penggambaran kisah pewayangan tentang sejarah Gua Kiskendo.

relief di dekat pintu masuk Gua Kiskendo
Gua Kiskendo adalah gua di bawah tanah, maka sebelum masuk kami pun menyewa sebuah headlamp sebagai sumber penerangan saat berada di dalam gua. Melewati gerbang pintu masuk gua, kami langsung dihadapkan pada anak-anak tangga yang mengarah ke bawah. Di anak tangga yang terbawah sempurnalah di depan sana lorong kegelapan *tsaahh*. 

mulut gua dilihat dari atas
mulut gua dilihat dari bawah
Terdapat semacam path di Gua Kiskendo. Tentu saja ini dibuat untuk memudahkan para wisatawan selama berkeliling di gua. Berbekal headlamp kami pun menyusuri gua. Mengamati dinding dan bagian atas gua. Sedang di bawah kami ada semacam sungai yang airnya sangat jernih.


ngeri juga liat batu di tikungan ini :p
sungai dalam gua
Semelong, jalan tempat keluarnya Subali setelah bertempur
Sekandang, diyakini sebagai tempat bertempurnya Subali dan Mahesasura-Lembusura
Kasih berfoto bersama 'lidah Mahesasura dan Lembusura'
salah satu lorong di Gua Kiskendo
Dirasa cukup mengelilingi seluruh gua, kami pun beranjak keluar. Berkeliling di area di luar gua. Obyek wisata Gua Kiskendo tak hanya menyuguhkan gua sebagai daya tarik wisatawan, namun terdapat pula camping ground juga gardu pandang. Maka kami pun ‘blusukan’ ke semua sudutnya :D

Hari belum lagi sore. Tanggung rasanya kalau langsung pulang *alesan*. Jadi diputuskanlah kami sekalian mengunjungi obyek wisata Waduk Sermo. Mumpung tak begitu jauh, pikir kami. Tapi ternyataaaaa...menuju Waduk Sermo dari Gua Kiskendo itu bikin jantung deg-degan dan badan pegal. Jalanan yang berkelok dan naik turun membuat kami harus selalu fokus. Padahal pemandangan di kanan-kiri kami begitu menggoda.

Setelah sempat salah jalan dan hampir tersesat :p, tibalah kami akhirnya di satu-satunya waduk di Jogjakarta, Waduk Sermo. Waduk yang dibuat dengan membendung Kali Ngrancah ini selain dipergunakan sebagai penyangga air untuk  pertanian di sekitar area waduk juga dimanfaatkan sebagai obyek wisata yang cukup menarik. Para wisatawan bisa memancing, berkeliling dengan kapal kecil, ataupun sekedar duduk-duduk menikmati keindahan Waduk Sermo dengan latar belakang perbukitan menoreh. Sejuk sekali memandangnya kawan :D. Tapi aku pribadi lebih menyukai memandang Waduk Sermo dari ketinggian. Lebih keren! :D

Waduk Sermo dilihat dari atas
Waduk Sermo
hijauuuu :D
Jam ditanganku menunjukkan pukul 15.30. Baterai kamera sudah diujung tanduk kematian. Waktunya bagi kami untuk pulang. Mengakhiri perjalanan yang tanpa rencana untuk hari ini. Dan semoga esok akan ada perjalanan-perjalanan seru lain untuk dibagi bersama sahabat :)

Selamat malam.

2 komentar:

  1. terumaksi buat catpernya mb ki.. semoga ntar bisa kesana.. :)

    BalasHapus
  2. mwihihi..sama-sama :)
    aamiin..nantik kalo ke Jogja lagi kita maen bareng lagi yes :D

    BalasHapus