Hujan turun hampir setiap hari. Pada musim seperti ini suara hujan yang berpadu dengan aroma petrikor seringkali membawa pikiran ke tempat yang lain, di waktu yang telah lalu. Kali ini aku teringat sebuah perjalanan ketika mengunjungi Omah Petroek bersama suami. Saat itu bulan September dan udara terasa begitu panas. Mengunjungi tempat yang lebih tinggi dengan hawa yang lebih dingin terdengar seperti ide yang bagus.
1 September 2024
 |
Kaget gak? |
Omah Petroek adalah rumah budaya yang berada di kawasan Kaliurang, tepatnya di Hargobinangun, Pakem, Sleman. Didirikan di bawah naungan Yayasan Basis, sebuah yayasan di bidang majalah kebudayaan, Omah Petroek dikelola oleh Romo Sindhunata, seorang Romo yang sekaligus budayawan dan juga penulis. Pada mulanya, Omah Petroek digunakan oleh Romo Sindhunata sebagai tempat menyepi dan mencari inspirasi. Seiring berjalannya waktu dengan dukungan dari berbagai pihak, Omah Petroek berkembang semakin luas dengan fasilitas yang lebih baik dan beragam. Ada galeri seni, museum, area menginap yang disewakan, taman, toko buku dan juga kedai kopi.
Nama Omah Petroek diambil dari tokoh pewayangan Jawa, Petruk. Petruk dalam pewayangan Jawa adalah sosok yang sederhana, jenaka, cerdas, pendengar yang setia juga kawan yang baik. Sepertinya itu juga yang mendasari Romo Sindhunata membuat slogan "Kita Berteman Sudah Lama" di Omah Petroek, untuk meneladani sosok Petruk.
Dengan membayar tiket seharga Rp 20.000 per orang (kami berkunjung di akhir pekan), kami sudah bisa bebas mengunjungi seluruh area di Omah Petroek. Begitu melewati pos tiket, kami disambut oleh patung Bung Karno yang menjulang.
 |
Patung Bung Karno |
Dikelilingi banyak patung lain di sana sini, tidak berlebihan rasanya kalau Omah Petroek mendapat julukan sebagai tempat seribu patung. Kami berkeliling ke museum, galeri seni, taman dan area outdoor, area penginapan, toko buku dan berakhir di kedai kopi yang bernama Kopi Petroek Nusantara.
Di museum kita akan disuguhi banyak benda dari masa lalu terutama yang berhubungan dengan majalah Basis dan Romo Sindhunata. Di galeri seni kita akan menjumpai karya seni seperti patung, lukisan, seni instalasi juga bermacam karya seni lainnya dari banyak seniman.
 |
Museum Anak Bajang |
Di taman dan area outdoor terdapat banyak sekali patung, kolam, dan juga miniatur bangunan peribadatan lintas agama seperti langgar (mushola), kapel, klenteng, dan juga candi.
 |
Mbok Turah |
 |
Langgar/mushola dengan patung Gus Dur |
 |
Kapel |
 |
Klenteng |
 |
Candi |
Karya favoritku di Omah Petroek adalah patung sekumpulan lelaki paruh baya berpakaian adat jawa yang sedang berkumpul dalam sebuah acara tumpengan. Kesan yang ditimbulkan saat melihat patung-patung itu rasanya kompleks sekali. Perpaduan antara unik, tradisional, hangat sekaligus mistis.
Menikmati banyak karya seni dengan suasana yang teduh dan sejuk dikelilingi hijaunya pepohonan menghadirkan perasaan damai dan tentram. Beruntung saat kami berkunjung tidak terlalu ramai, sehingga kami bisa menikmati suasana Omah Petroek dengan tenang. Setelah mengelilingi seluruh area di Omah Petroek, tur kami akhiri dengan menikmati sajian di Kopi Petroek Nusantara. Kopi Petroek Nusantara adalah kedai di kawasan Omah Petroek yang menyajikan beraneka hidangan dan kopi dari beragam biji kopi khas Nusantara. Kedai ini dapat dikunjungi tanpa harus masuk ke museum/galeri Omah Petroek. Sambil menunggu pesanan makanan siap, aku masuk dan melihat-lihat toko buku yang berada persis di sebelah kedai.
 |
Penginapan |
Setelah cukup lelah berkeliling Omah Petroek, perut pun terasa lapar. Melahap sajian Kopi Petroek Nusantara rasanya jadi nikmat sekali. Usai menandaskan makanan yang dipesan, kami bersantai sejenak sebelum pulang. Kunjungan ke Omah Petroek kami kali ini menjadi perjalanan yang menyenangkan dan kupikir bisa dijadikan alternatif destinasi yang menarik untuk dikunjungi di Jogja. Terima kasih sudah membaca sampai selesai dan sampai jumpa lagi di perjalanan kami berikutnya.
 |
Sampai jumpa lagi |