Minggu, 24 Agustus 2025

Bukit Rhema, Rumah Doa bagi Semua Bangsa

Hujan akhirnya turun setelah sekian lama. Debu-debu kering mulai lenyap dan basah. Pohon-pohon dan tanaman puas bermandi air hujan. Aroma petrikor yang menenangkan menguar. Alunan instrumen piano musik Ghibli menjadi suara latar saat aku mulai menuliskan catatan perjalanan kali ini. Sebuah tulisan yang harus kuselesaikan sebelum perjalanan berikutnya pekan depan wkwk. Kali ini, catatan perjalananku akan membawa kalian ke sebuah tempat bernama Bukit Rhema. Atau yang lebih dikenal dengan nama Gereja Ayam.

Siapa tidak kenal Gereja Ayam? Bangunan ini cukup populer terutama sejak muncul dalam film AADC 2. Bagi yang sudah menonton, tentu ingat adegan ikonik saat Rangga dan Cinta melihat matahari terbit dari puncak Gereja Ayam ini. Ah, sebelum semakin jauh bercerita, sebagai informasi saja Gereja Ayam sebenarnya bukanlah sebuah gereja, melainkan rumah doa bagi semua bangsa. Dan juga bangunannya tidak berbentuk ayam, tapi merpati. Seekor merpati yang memakai mahkota. 



8 April 2025

Hari itu, kami berangkat cukup pagi dari Jogja. Belum lagi jam 9.30 saat kami sampai di Bukit Rhema. Berlokasi di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, perjalanan dari Jogja ke Bukit Rhema dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam saja. Setelah memarkir kendaraan, kami membeli tiket masuk dengan tarif Rp 25.000 per orang untuk wisatawan lokal. Harga tiket itu sudah termasuk pemandu dan voucher singkong goreng gratis yang bisa ditukar di restoran Bukit Rhema. Kami harus menaiki beberapa puluh anak tangga untuk sampai di pelataran Gereja Ayam. Sebenarnya ada opsi naik shuttle karena jalan yang cukup curam, tapi kami memilih untuk berjalan kaki saja. Toh tidak terlalu jauh, sekitar lima menit saja berjalan kaki. Ada biaya tambahan untuk shuttle tentu saja, Rp 15.000 untuk perjalanan pulang-pergi. Kurasa kehadiran shuttle ini akan cukup membantu bagi lansia yang sudah kesulitan berjalan atau penyandang disabilitas. Tapi bagi kaum usia produktif kusarankan jalan kaki saja, sekalian olahraga tipis-tipis.

Tangga untuk pejalan kaki, berdampingan dengan jalur shuttle.

Dari pelataran utama Gereja Ayam, pintu masuk berada di arah kanan. Setelah menunjukkan tiket, seorang pemandu menemani kami berkeliling dan menjelaskan sejarah dan fungsi-fungsi dari setiap sisi bangunan. Bangunan Gereja Ayam terdiri dari tujuh lantai. Di lantai satu, kami diminta untuk tidak mendokumentasi dalam bentuk foto maupun video karena terdapat ruang-ruang doa. Terdapat dua belas ruang doa. Dua belas dalam bahasa jawanya kalih welas. Kalih bisa bermakna dua atau bersama, Welas dapat dimaknai sebagai belas kasih. Ruang doa tersebut dapat digunakan oleh siapa saja, agama apa saja, bangsa apa saja. Di ujung lantai satu terdapat Wall of Hope, di mana kita diperbolehkan menuliskan harapan atau doa untuk kemudian ditempel di papan bersama dengan yang lain.

Dari dekat

Lorong ruang doa

Wall of Hope

Sejarah pembangunan Gereja Ayam pun diceritakan oleh Mbak pemandu (maaf banget aku lupa namanya 😞). Didirikan oleh Daniel Alamsjah pada tahun 1992, namun sempat terhenti di tahun 2000. Dan pada tahun 2014 akhirnya Gereka Ayam dibuka untuk umum. Dalam beberapa foto dan gambar yang dipajang di lantai satu diceritakan pula bagaimana Daniel Alamsjah terinspirasi dan memiliki misi untuk membangun Gereja Ayam.

Setiap lantai di Gereja Ayam memiliki cerita dan makna tersendiri. Lantai dua Gereja Ayam berupa aula besar tanpa tiang penyangga dilengkapi kursi-kursi panjang dan panggung yang terletak di bagian ujung. Terdapat pula pohon kehidupan dengan kartu-kartu doa dan pesan. Bukan pohon sungguhan, hanya artifisial sebagai perlambang/simbol. Setiap pengunjung diperbolehkan mengambil masing-masing satu kartu dari pohon kehidupan.

Aula

Pohon Kehidupan

Lantai ketiga dipenuhi mural bergambar pesan anti narkoba dan bahaya merokok bagi generasi bangsa. Hal tersebut tidak mengherankan sebab dulunya Gereja Ayam pernah berfungsi sebagai panti rehabilitasi bagi pecandu narkoba.

Lantai 3

Lantai keempat juga masih dipenuhi mural. Kali ini bergambar pakaian adat dari beberapa daerah di Indonesia. Menggambarkan keanekaragaman budaya Indonesia.

Lantai 4

Mural di lantai lima bergambar gunung-gunung dan beberapa tempat wisata yang berada di sekitar Bukit Rhema. Dari lantai lima ini kita bisa melihat bagian ekor merpati dengan cukup jelas.

Tampak ekor merpati

Lantai 5

Bagian mulut merpati ada di lantai enam. Tidak ada mural di lantai ini, hanya sebuah televisi layar datar yang menayangkan potongan adegan dari film AADC 2 saat Rangga dan Cinta berada di puncak Gereja Ayam. Potongan adegan ini diputar berkali-kali sepanjang hari selama jam buka.

View dari mulut merpati


Sebuah tangga putar besi menghubungkan lantai enam dan tujuh. Cukup curam jadi harus berhati-hati saat melangkah. Lantai tujuh atau puncak adalah mahkota merpati bila dilihat dari kejauhan. Dari sini kita bisa melihat pemandangan di sekitar Bukit Rhema. Cukup terik kala itu jadi kami pun tidak berlama-lama. Kurasa waktu terbaik berkunjung memang pagi-pagi benar atau sore hari. Saat pagi buta, kita bisa melihat matahari terbit seperti yang ada di film. Dan saat sore, semburat warna langit senja tentu tak kalah indahnya. Dan minimal tidak perlu merasa silau karena teriknya matahari.

Lantai 7

Ekor merpati

Borobudur di kejauhan

Silau sekali 😌

Secerah itu langitnya 

Setelah mengunjungi setiap lantai di Gereja Ayam, kami menuju restoran yang berada di bagian ekor merpati. Kedai Bukit Rhema nama restorannya. Kami menukar voucher singkong goreng gratis dan memesan minuman dingin. Sayang sekali menu ketan nangka yang ingin sekali kucicipi habis. 

Kedai Bukit Rhema

Singkong goreng




Bonus foto-foto yang ada di bawah pelataran utama Gereja Ayam. Untuk menuju ke sana bisa kembali lewat pintu masuk lalu turun ke sebelah kiri Gereja Ayam.


Kisah penyaliban Yesus

Menikmati hidangan kedai dengan view hijau perbukitan menjadi penutup kunjungan kami di Gereja Ayam hari itu. Kami pun beranjak, bersiap untuk perjalanan berikutnya.

Sampai jumpa lagi, Bukit Rhema


Jumat, 22 Agustus 2025

Kembali ke Lombok, 2025

Sekali lagi, Lombok tidak pernah menjadi asing bagiku. Kembali ke Lombok selalu terasa seperti pulang ke rumah. Tapi entah nanti, saat Mbak Ana tidak lagi tinggal di sana. Lebaran tahun ini, kami (aku dan suami) memilih untuk pulang ke Lombok. Menjauh dari Jogja.

Welcome to Lombok 😆

Setelah delay dan sempat deg-degan karena turbulensi pesawat yang rada kenceng, akhirnya kami sampai di Lombok dengan selamat. Menikmati dua hari terakhir ramadhan dan sholat ied di Lombok rasanya seperti nostalgia. Seperti mengulang adegan hari-hari di masa kecilku saat ibu masih ada. Kegiatan lebaran berkunjung ke sana dan ke mari tidak terasa menjemukan ketika aku kembali menjadi adik. Oh, begini ternyata rasanya. Rasa yang aku sendiri hampir lupa. Bertemu dengan orang-orang yang kenal dengan ibu juga dengan kawan-kawan lamaku terasa menyegarkan. 

Masjid Baitul Amal, Terara, Lombok Timur

Sholat ied bareng keponakan 🤏

Family 💖

Ngumpul

Jaja tujak

Ketemuan sama bestie jaman SD 😆

Tidak seperti biasanya saat datang ke Lombok, kali ini aku tidak banyak bepergian. Aku menikmati waktu santai dengan sebenar-benarnya. Cuma tidur dan bangun sesuka hati, makan makanan lombok yang kusukai, nonton netflix sama-sama, bermain bersama keponakan-keponakan dan deep talk bersama keluarga. Seminggu penuh. Dan ternyata itu berhasil me-recharge aku dan pikiranku, namun juga membuatku merasa hampa sesaat setelah kembali sampai di Jogja. Anehnya, suami pun merasa seperti itu wkwkwk. 

Kalaulah tidak lagi bisa kembali menjadi anak, paling tidak aku bisa kembali menjadi adik. Begitulah lebaran 2025 ini bagiku. Aku kembali menjadi adik dan berhenti mengurusi urusan orang dewasa. Aku tidak perlu berpikir tentang banyak hal dan overthinking sendirian. Aku berhenti melakukan semuanya. Aku cuma perlu menjadi adik yang merasa aman. Dan tentu saja menjadi istri yang sedang liburan bareng suami 😆

2 April 2025

Menghabiskan waktu bersama keluarga yang kita sayangi tentu menyenangkan. Tapi sayang rasanya kalau ke Lombok tidak jalan-jalan. Jadilah kami memutuskan untuk jalan-jalan ke tempat yang belum pernah kami kunjungi meski cuma sehari. Iya, cuma sehari. Aku dan suami menikmati waktu seharian penuh mengunjungi tempat-tempat baru dan mengobrol. Untuk kemudian di hari selanjutnya bersantai kembali di rumah bersama keponakan-keponakanku yang menyenangkan. Kali ini aku tidak akan banyak bercerita tentang tempat yang kami kunjungi. Tapi agar tidak lupa, akan kusertakan foto-foto dari tempat yang kami kunjungi. 

Gak masuk Sade, cuma mampir Alfamart. Tapi bolehlah foto dikit 😆

Welcome to Mawun Beach














Mohon dimaafkan karena foto-fotonya nampak serupa wkwk. Aku terlalu mager untuk milih dan memang suka semuanya jadi ya udah di-upload semua saja. Emang cuma di blog sih aku bisa lebih nyaman untuk post banyak foto 😌 Semua foto tanpa filter karena pantainya emang udah secantik itu. Tapi tetap saja masih banyak sampah ditemui di sana-sini. Sampahnya juga sengaja gak difilter diilangin dari foto di blog ini. Sebagai pengingat. Semoga semua pengunjung pantai-pantai di Lombok selalu menjaga kebersihan. Sayang banget loh pantainya seindah itu.

Setelah Mawun, sebenarnya kami ingin mengunjungi sebuah pantai lagi. Tapi setelah sampai pantai yang dimaksud kok kurang menarik ya. Terlalu ramai dan lebih kotor. Akhirnya kami putar balik karena tadi di perjalanan sempat melewati resto tepi pantai yang nampaknya cantik. Resto ini sepertinya milik Tampah Hills, vila cantik yang berada di atas bukit di belakang resto dan menghadap langsung ke arah pantai dengan view Pantai Lancing yang bersebelahan dengan Pantai Tampah. Kami masuk ke restonya dan beneran secantik itu dong. Sepiiii jadi berasa pantai pribadi. Menjelang sore, bule-bule yang sepertinya menginap di Tampah Hills mulai berdatangan. Mereka bersantai, berenang, yoga atau main voli. 


Jalan menuju pantai 

Beneran sesepi ini 😍



Aliran air sungai menuju laut




Kawanan kerbau lagi lewat 😄



Santaiii



Ini enaakk 😋

Nungguin senja 💕



Udah malam, pulang dulu. Bye Tampah 👋 


Dan piknik virtualnya selesai sudah wkwk. Yah begitulah, aku melewati lebaran sekali lagi tanpa Ibu. Meski begitu, kali ini cukup menyenangkan. Kuharap akan banyak lebaran menyenangkan di tahun-tahun mendatang. Bersama orang yang kusayang.