Selasa, 24 Desember 2024

As Long As The Lemon Trees Grow



Berita tentang lengsernya rezim Bashar Al-Assad di Suriah baru-baru ini membawa memoriku kepada sebuah buku berjudul As Long As The Lemon Trees Grow. Sebuah buku dengan latar perang di Suriah yang kisahnya membuatku menangis beberapa kali.

Buku dengan cover cantik ini berkisah tentang seorang gadis bernama Salama yang kehilangan banyak hal di usianya yang masih muda akibat perang Suriah. Salama kehilangan orang tua, kakak laki-lakinya, kehidupan remajanya juga harapan-harapannya. Trauma, keputusasaan, juga ketakutan-ketakutan memengaruhi Salama lebih jauh dan dalam. Dan bahkan mewujud dalam sosok tak kasat mata yang hanya bisa dilihat oleh Salama. Dia pun menamai sosok itu Khawf. Khawf berarti ketakutan atau fear dalam Bahasa Inggris. Khawf mendorong Salama untuk pergi meninggalkan Suriah. Namun Salama bertemu Kenan, pemuda yang berusaha bertahan dan membela negara dengan caranya. Apakah Salama tetap akan pergi?

Penulis buku ini, Zoulfa Katouh, piawai menggambarkan peristiwa yang terjadi di Suriah hingga terasa begitu nyata. Di novel 480 halaman ini kita akan disuguhi pedihnya peperangan dan kehilangan, perjuangan dan kemanusiaan, romansa tipis dua anak manusia, budaya dan kebiasaan di Suriah, juga penggambaran iman serta harapan yang membuat manusia sanggup bertahan. 

Banyak bagian di buku ini yang membuatku berkaca-kaca dan meneteskan air mata. Tapi derai paling deras adalah saat mengetahui kenyataan tentang Layla, sahabat sekaligus kakak ipar yang berusaha dijaga oleh Salama. Kenyataan sepedih itu membuatku membayangkan bahwa hal serupa juga mungkin terjadi pada mereka di Palestina. Dan itu membuat dadaku terasa lebih sesak. Rasanya seperti iman dan harapan adalah hal yang tersisa bagi mereka, meski begitu kuharap itu cukup untuk menguatkan. Untuk bertahan dan meneruskan perjuangan. Hingga kemenangan dan kemerdekaan itu menjadi kenyataan.


"Kau tidak perlu merasa bersalah saat memikirkan masa depanmu. Kita tidak perlu berhenti hidup hanya karena kita akan mati. Siapa pun bisa tewas sewaktu-waktu, di mana pun di dunia ini. Kita bukan pengecualian. Kita hanya lebih sering melihat kematian daripada mereka."
~ halaman 132 ~

Sabtu, 14 Desember 2024

Aneh



Aku mengingat obrolan bersama seorang kawan pada suatu sore yang sendu. Kami pernah menjumpai manusia yang serupa meski bukan orang yang sama. Dan obrolan sore itu pun mengalir.

Bukankah aneh, ketika kita terbiasa membantu menjalankan kewajiban seseorang lalu orang yang punya kewajiban tidak merasa sungkan dan malah merasa itu sudah seharusnya? Namun ketika kita tidak lagi mau melakukannya, orang-orang itu sibuk berteriak kita jahat.

Ya, kupikir itu memang aneh. Tapi nyatanya itu memang bisa terjadi. Dan itu bisa menimpa siapa saja.

Ketika seseorang terbiasa dengan kemudahan-kemudahan dalam hidupnya, terbiasa dibantu, tanpa menyadari bahwa kewajibannya sudah dijalankan oleh orang lain dengan maksud membantu tapi malah dianggap sebagai 'memang semestinya begitu'. Lalu ketika seseorang itu dihadapkan pada kenyataan yang sesungguhnya, dia berusaha mencari pembenaran-pembenaran untuk dirinya sendiri. Berkeras seolah kita lah yang jahat hingga kita pun hampir percaya bahwa kita benar-benar jahat. Sungguh tidak adil.

Batasan.

Kami ~aku dan kawanku~ bersepakat dalam hal ini bahwa menerapkan batasan pada orang-orang seperti itu adalah sesuatu yang penting. Pada awalnya mereka mungkin akan berisik sekali. Berkata kita jahat, tidak mau mengerti, atau egois sekali. Mereka mungkin juga marah. Hubungan mungkin memburuk tapi kurasa itu tidak apa-apa. Kita tidak harus menyenangkan semua orang. Kupikir mereka harus tahu, bahwa kita juga punya hak yang sama dan bukan kewajiban kita untuk terus menerus membantu. Seperti halnya mereka ingin dimaklumi, kita pun boleh merasa ingin dimengerti. Cukup adil kan?

Obrolan kami berakhir dengan kesepakatan itu. Kami sepakat untuk belajar memberi batasan demi menjaga kewarasan diri sendiri. Bukankah menjaga dan mencintai diri sendiri dengan baik adalah kewajiban kita yang sesungguhnya?