Kamis, 11 Agustus 2016

Tulisanmu #3: ...

Ada rasa ganjil mengeriap meninggi-ninggi di bidang dada terdalam, bak lelayangan terhembusi angin dari padang berpenuh padi menguning. Rasa itu berbentuk kapal layar yang sebentar lagi dibelai ombak; perupa Pinisi bergaris darah petarung laut.
 
Berlayarlah rasa. Tanpa cemas-cemas kecil atau besar.
Tiap tetes hingga samudera, ialah tinta bekas pena yang menulis namamu.  Mengarunginya bermalam-malam sambil menafsir kefanatikanku akan namamu. Alas! Ini adalah laut, Firdaus tanpa tilas Khuldi; tanpa kau perlu takut akan turun ke bumi.
Hingga ke daratan, itulah dia, berdiri, dalam rupa jelata tapi jelita. Seketika nahkoda tertegun khidmat, bak tersihir bukan dimantrai. Namamu itu azimat yang rajahi kulit-kulitku, bagai daun pacar berdarah henna yang diberkati oleh para tetua.
Sampailah rasa. Ternyata sederhana; aku masih cinta

Maret, 2016. [2.1]
***
Yang terasa ganjil adalah terbangun di waktu sepi menyengat, saat sel kelabu otakku tidak bekerja keras
Tak ada riuh di kepala
Dan namamu seperti disebut oleh detak jarum jam di kamarku, satu-satunya suara yang tersisa
Sudah ingin pergi?
Ah, aku lupa
Tentu saja
Telah habis dihapus semua gambarku
Telah ada pula gambar-gambar indah yang baru
Bila telah tiba masa istirahatku
Aku ingin kita berbincang
Tentang warna langit pagi yang merah teh atau kuning mentega
Ditemani secangkir kopi dengan sedikit manis gula dan tanpa duka
Agar di masa yang belum, yang teringat adalah nikmat kopi kita
Bisa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar