Jumat, 29 April 2016

Tulisanmu #1: kali pertama

Selalu ada kali pertama untuk setiap peristiwa. Pun ada kali pertama kau mencuri perhatianku. Lewat tulisanmu, kurasa. Aku penggemar tulisan-tulisanmu. Selalu.

Dulu, kadang aku ingin kau buatkan tulisan. Apa saja. Untukku saja. Hingga pada akhirnya tulisan untukku begitu banyak. Darimu. Tanpa pernah aku meminta. Dan ya, aku selalu senang. Selalu bangga. Selalu terharu. Kadang menangis.

Sedikit menyesal tidak menyimpan semua tulisanmu segera sebelum aku kehilangan akses. Meski ya, aku masih menyimpan beberapa.
… … …

[29] V 2.2

Inilah harimu. Bersihkan lusuh wajahmu dan buyarkan kata-kata muram yang hendak kau bawa ke kota.

Kelak, jikalau saja kau kembali, aku ingin membawamu pergi mengunjungi tanah berlapis sinar senja di balik bukit. Tapi kau harus janji membawa hati penyairmu turut serta, karena ada ilalang kering yang harus kau terjemahkan lewat puisimu yang selalu suburkan rasa.

Jangan. Menangis di bahuku kini hanya akan membuat bajuku basah. Aku ingin mengantarmu dengan pakaian kering, karena tidak ada alasan untuk itu disaat tidak sedang hujan. Namun aku janji pelukku akan tetap ada meski kau telah di sana. Di suara kotak musik, di minuman hangat kesukaanmu, di sudut ingatan, atau di hening lewat jam satu malam.

Aku akan belajar mengeja sunyi. Mungkin pada jarak menyekat aku bisa merasa dekat.

Aku akan menyimpan ratusan malam dimana aku memikirkanmu.
Tentang binar mata yang buatku lupa pada sinar bintang itu.
Kau menjadikan degup terbit di purnama tak bernama.
Hingga perlu kosakata baru untuk menggambarkannya.

Apakah rambutmu terbuat dari benang pintal malaikat perajut,
yang lembutnya bikin para bidadari cemberut?
Mengapa namamu bekerja seperti tasbih, yang kusebuti dalam hati hingga berkali-kali?

Aku akan menulis puisi lalu kulipat jadi pesawat kertas. Angin yang meniupnya, aku percaya akan sampai menyentuh kulitmu juga.

Pun hatimu

… … …

Baik-baiklah. Dimana pun kau berada.

[29] 2.3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar