Rabu, 19 Maret 2014

telepon pagi



“ Aku memimpikanmu semalam,”masih dengan piyamanya, Karin beranjak dari tempat tidur menuju dapur.

Ari masih enggan beranjak dari tempat tidur. Tapi toh akhirnya dia bangun juga. Duduk di tepi tempat tidur, memandang ke luar jendela, “ Oh ya? Coba ceritakan.”

Karin memasukkan tiga sendok coklat bubuk ke dalam cangkirnya. Menambahkan sedikit sekali gula lalu menuangkan air panas. Mulai mengaduknya perlahan.

“ Ada banyak sekali orang waktu itu. Lalu kau datang. Menghampiriku. Entah bagaimana caranya kau menemukanku.” Karin membawa cangkirnya ke meja kecil dekat jendela di sudut dapur.

“ Lalu?” Ari berjalan malas menuju dapur. Berantakan sekali dapur ini, pikirnya.

“ Lalu kau membuka tas kecil panjang berwarna hitam. Ternyata isinya teleskop. Hei, jangan terlalu banyak kopinya.”

Ari urung memasukkan sendok keempat kopi toraja favoritnya. Ah, dia tau saja.

“ Iya, nggak banyak kok. Setelah kukeluarkan teleskop, lalu apa?” Ari mencari stoples wadah gula pasirnya. Dan berhasil menemukannya di dekat tumpukan piring kotor. Menuang air panas dan mulai mengaduk isi cangkirnya.

“ Lalu kau menggandeng tanganku. Mengajak keluar dari keramaian itu. Melihat langit dari balik teleskop.” Karin tersenyum sendiri. Memandang derasnya hujan di luar dari jendela dapur.

“ Apa yang terlihat waktu itu, Sayang?” Ari meletakkan cangkir kopi di meja kecil dekat jendela di sudut dapur.

“ Ada Jupiter bersama empat pengiringnya.”

 “ Hmm.. Kau rindu padaku?”

“ Tentu saja. Itu sebabnya aku sampai memimpikanmu.”

“ Aku juga rindu sekali padamu.”

Karin tersenyum mendengar kalimat Ari yang terakhir.

“ Hari ini jangan telat ngantor lagi ya Sayang.”

“ Iyaa...bawel kesayanganku. Ya sudah, aku mandi dulu ya.”

“ Oke.”

“ I love you.”

“ Love you too.”

Klik.

Karin meletakkan telepon selulernya di meja. Meminum lagi coklat panasnya yang kini sudah mulai dingin. Masih menatap hujan dari balik jendela. Dan masih merindukan laki-laki yang baru saja meneleponnya.

Ari menghabiskan kopi yang tersisa di cangkir. Menatap telepon seluler yang tergeletak di meja. Adalah foto seorang gadis sebagai latarnya. Gadis yang baru saja dia dengar suaranya lewat telepon. Ah, aku rindu sekali padamu, batinnya.

hei kamu, aku rindu.