Jumat, 07 Desember 2012

blue-sapphire-nya Indonesia, Karimunjawa (3-habis)



Senin, 8 Oktober 2012

Setelah di hari sebelumnya menghabiskan waktu mengunjungi pulau-pulau di sebelah timur pulau utama, hari ketiga kami melakukan perjalanan ke barat. Tentu saja tidak untuk mencari kitab suci. Berdasar apa yang disampaikan oleh mas-mas guide, kami akan mengunjungi 5 tempat di hari itu.

Menjangan Kecil
Pulau ini menjadi pulau pertama yang kami kunjungi. Snorkeling jadi agenda utama. Dan kali ini, guide lokal yang bernama Mas Rofi memaksa aku untuk melepas pelampung. Lebih seru, katanya. Oh tidak, aku merasa belum sanggup berpisah dengan pelampung ini. Ini lautan boi, bukan kolam renang seperti yang biasa aku ceburin. Tapi Mas Rofi meyakinkan aku akan baik-baik saja. Setelah berhasil membuatnya bersumpah akan mengawasiku dengan jiwa dan raganya :p, aku pun dengan berat hati melepaskan sang pelampung. Jaga diri baik-baik wahai pelampung, batinku seraya melepas kepergian pelampung yang kini sudah berada di tangan Mas Rofi. Aku bahkan sudah rindu baru berpisah sedetik. Baiklah, lautan ini sama saja dengan kolam renang kan? Aku meyakinkan diriku sendiri. 

Aku terus menggerak-gerakkan kaki agar tak tenggelam. Lalu perlahan mulai berenang. Ah benar, memang lebih seru bila tanpa pelampung. Ahiiiyyy... :D. Tampak jelas keindahan biota bawah laut. Cantik. Benar-benar cantik. Dengan warna-warna yang lebih beragam. Tak puas-puas rasanya menikmati keindahan bawah laut seperti ini. Tapi nampaknya kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Lelah berenang, aku ingin menghirup udara yang sesungguhnya. Tapi blep-blep-blep. Aku tak bisa menyembul dengan sempurna. Tertawa saja, tak apa. Aku memang tak pandai berenang. Dan bak pahlawan pembela kebenaran Mas Rofi membawakan aku pelampung kesayangan. Segera kuraih, hap-hap. Oh yeaahh! Aku masih hidup. Baiklah, itu lebay. Tapi senang sekali rasanya bisa memeluk pelampung lagi. Uwoo..Mas Rofi tak sependapat denganku. Setelah memberi pengarahan yang separuhnya tak kudengarkan karena sedang asyik memeluk pelampung, Mas Rofi mengambil lagi pelampungku. Tidaaakk! Aku pun berenang lagi. Dengan iming-iming pelampung yang melayang-layang di depan mataku tapi tak bisa kuraih. Oohh..kejamnya..


Dan snorkeling kali ini nampaknya yang paling lama. 

Cemara Kecil
Pulau cantik ini menjadi destinasi selanjutnya setelah puas bersnorkeling di Pulau Menjangan Kecil. Tidak ada dermaga di pulau ini. Jadi kapal tidak bisa “parkir” mepet pulau. Jadilah kami turun dari kapal, nyebur  dan berjalan kurang lebih seratus meter untuk mencapai daratan. Dan betapapun belum menginjak daratan pulau, aku sudah jatuh cinta pada pulau ini. Indah sekali. Dari keseluruhan pulau yang telah dikunjungi selama trip Karimunjawa, pulau ini adalah favoritku. Dan kurasa foto-foto ini akan menjelaskan dengan lebih baik kecantikan Cemara Kecil daripada kalimat-kalimatku.


Gosong Cemara
Lokasi terakhir untuk snorkeling di hari itu. Namun beberapa dari rombongan kami tak ikut snorkeling. Entah sudah lelah, atau mungkin hanya ingin menikmati keindahan pulau dan laut dari atas kapal saja. Aku sendiri pun tak terlalu lama berada di dalam air.


Tanjung Gelam
Pulau keempat yang kami kunjungi. Tidak seperti pulau-pulau lain yang kami kunjungi sebelumnya, di pulau ini terdapat banyak penjual makanan dan minuman. Kapal belum lagi tertambat sempurna, tapi kami sudah beranjak menuju salah satu warung dan mencomot pisang goreng ekstra besar yang masih hangat. Nikmat sekali. Aku membayangkan para penjual di pulau ini ketika hendak membeli aneka bahan makanan dan minuman untuk dijual. Pasti repot sekali dengan transportasi yang terbatas. Pun membutuhkan waktu yang relatif lama.Tapi begitulah hidup bukan? Perjuangan.

Perut sudah kenyang, aku dan Renny beranjak untuk melihat-lihat pulau. Berbeda dengan pulau sebelumnya yang hanya didominasi hanya oleh pasir dan pohon, di Tanjung Gelam terdapat batu-batu besar yang nampak terserak berantakan tapi tetap mempesona.

Hari beranjak sore. Semakin sedikit waktu yang tersisa di hari itu. Belum puas rasanya mengeksplor Tanjung Gelam, tapi kami harus segera beranjak meninggalkan pulau untuk menuju destinasi terakhir di hari ini.

Penangkaran Hiu
Mendengarnya saja sudah ngeri. Hiu. H-I-U. Ikan yang di film-film sering digambarkan berenang-renang dan hanya menampakkan sirip atasnya, memutari kapal, sangat sensitif dengan aroma darah, dan siap kapan saja mencaplok mangsanya. Dan kami akan mengunjungi tempat dimana ikan ini ditangkarkan?  Ooohhh >.<

Kapal merapat di dermaga. Kami serombongan disambut pemandangan berupa tambak bermacam-macam ikan. Tapi bukan ikan-ikan itu yang akan kami lihat, melainkan ikan super yang “katanya” agresif, Hiu. Di kolam pertama kami melihat anak Hiu Putih yang berenang kesana kemari. Di kolam kedua, terlihat anak Hiu yang berwarna hitam. Jumlahnya banyak. Seram sekali melihatnya pertama kali. Rombongan diperkenankan turun dan berenang bersama Hiu. Emm...awalnya aku ragu. Siapa yang tahu kalau Hiu ini sedang lapar dan kebetulan dagingku yang masih muda tampak menggugah selera. Tapi kapan lagi sih bisa nyebur di kolam Hiu. Jadi dengan memantapkan hati aku pun melangkah turun ke kolam. Taktik yang dipakai di kolam Hiu ini adalah merapat dekat orang lain :p. Tujuannya tiada lain tiada bukan supaya berasa aman. Dan beruntunglah kami semua, Hiu-Hiu ini nampaknya sedang benar-benar dalam kondisi kenyang. Jadi daging-daging manusia yang telah sukarela nyebur ke sarangnya pun tak menarik hasrat makannya. Syukurlah...

Selesai bermain dengan anak Hiu yang “lucu” [diucapkan saat sudah berada di area aman :p], kami pun beranjak kembali ke pulau utama. Dan petualangan di Karimunjawa kali ini pun berakhir sudah. Esok waktunya pulang ke kota masing-masing. Berat rasanya meninggalkan pulau yang begitu menakjubkan ini. Pulau dengan kecantikan bawah lautnya yang luar biasa dan mampu menghipnotis siapa saja yang melihatnya. 

Dengan eksotisme bawah lautnya itu, tak berlebihan rasanya bila Karimunjawa disebut sebagai blue-sapphire-nya Indonesia. Permata Indonesia yang selayaknya dijaga keaslian dan keindahannya.

***
Bermula dari langkah pertama
Dengan tujuan yang mungkin tak sama
Namun memunculkan pemahaman serupa akan sebuah makna
Bahwa perjalanan bukan tentang garis finish semata
Jadi teruslah melangkah selagi bisa


*foto underwater diambil oleh guide

Tidak ada komentar:

Posting Komentar