The Team...
Dian Sumardiana. Khas sunda banget ya namanya :D. Kang Dian.
Kalem, sabar dan pendiam. Bahkan karakter itu sudah tergambar ketika menatap
wajah Kang Dian pertama kali. Sosok yang tidak terlalu banyak bicara ini adalah
salah satu staff di ITB. Karena karakter yang pendiam itulah, aku tidak bisa
mendeskripsikan terlalu banyak tentang akang yang satu ini. Yang jelas,
kepedulian dan senyum ramahnya membuat siapa saja tidak akan tega menyakiti
sosok satu ini :p
David Rahman Sentika. Mas David. Emm..bagaimana kalau profil
anak manusia yang ini di skip saja :p *langsung digetok Mas David*. Kalau aku
dimintai 2 kata untuk mewakili sosok satu ini, maka dari banyak kata dalam
bahasa Indonesia aku akan memilih kata ‘menyebalkan’ dan ‘tangguh’. Wataknya
yang keras, disiplin dan semena-mena :p kadang-kadang membuatku jengkel sekali.
Tapi meskipun begitu, dibalik sikapnya yang kadang menyebalkan, Mas David
adalah sosok yang cerdas, gigih, tangguh, menyenangkan dan peduli.
Bagaimanapun, aku belajar banyak darinya.
***
pagi di Ranupani |
Ranupani menyempurnakan pagi kami. Dingin dan kabut masih
membungkus hari. Matahari masih malu-malu menampakkan diri. Namun keberadaannya
tak bisa dipungkiri. Pendar sinarnya menyapa lewat celah pepohonan. Meski
rasanya masih ingin bergelung di sleeping bag, namun kami harus bergegas
bersiap. Menyiapkan sarapan. Nasi keras, nuget yang sudah menjadi sekeras dan
sedingin es, kornet dan mie rebus. Sedap bukan? :p. Seru sekali makan kami pagi
itu. Cerita, canda, tertawa bersama. Meskipun kadang-kadang aku hanya tertawa
dengan memasang tampang bodoh-bodoh bergembira karena roaming. Muda-mudi
Bandung ini suka lupa kalau ada makhluk jawa bukan sunda yang tidak mengerti
sama sekali bahasa mereka. Mas David pun yang kupikir bernasib sama denganku
ternyata juga bisa bahasa Sunda [kenapa
dia bisa banyak bahasa sih -_-]. Hadeh..merana sendirian deh. Tapi tak mengapa,
toh mendengarkan mereka bicara pun aku sudah senang. Bahasa Sunda itu
menyenangkan didengarkan kawan :D
Jangan bayangkan kami makan memakai piring sendiri-sendiri.
Tidak, kawan. Dari tempat nasi yang sama, tempat mie yang sama, juga tempat
kornet yang sama, kami menyendok semuanya bersama-sama. Duduk melingkari
makanan. Diselingi cerita dan tawa. Dan disinilah tiba-tiba Teh Nadia nyeletuk,
“ Markijab!”
Kami berpandangan. Masih belum mengerti.
“ Markijab apaan?”
“ Mari kita jajablog!”
Sontak semuanya tertawa kecuali aku. Aku masih tidak
mengerti artinya. Dan mereka pun menjelaskan. Jajablog adalah salah satu
kosakata Sunda yang bermakna makan. Bukan bahasa Sunda yang halus sih, biasanya
digunakan dalam konteks makan-nya hewan. Baru setelah mengerti artinya aku bisa
ikut tertawa *telat* :p. Dan sejak saat itulah tim kami resmi dinamakan Tim
Jajablog :D
Selesai sarapan, kami pun berkemas. Bongkar tenda, bersih-bersih,
packing lagi. Siap untuk memulai perjalanan. Kami sempatkan berfoto-foto
sebentar sebelum meninggalkan Ranupani. Dan hai Semeru, kami segera datang :)
Jajablog team :D |
Jumat, 16 November 2012
07:...WIB
Beberapa ratus meter berjalan, kami disambut oleh gapura
besar bertuliskan SELAMAT DATANG PENDAKI GUNUNG SEMERU. Setelah berasa disambut
secara resmi oleh gapura, kami melewati jalan setapak berpaving-blok.
Dibutuhkan kurang lebih 1 jam perjalanan untuk sampai di Pos 1. Pos 1 terletak
di tikungan jalan jalur pendakian. Terdapat rumah kecil semacam pos ronda di
setiap pos di Semeru.
gapura selamat datang |
Perjalanan dilanjutkan menuju Pos 2. Sedikit lebih lama dibanding menuju Pos 1.
Butuh sekitar 1,5-2 jam perjalanan. Jalan sudah mulai tidak berpaving-blok
lagi. Tanah sudah mendominasi. Jalanan setapak diapit kanan dinding bukit dan
jurang di sebelah kiri. Kadang melewati batang pohon yang melintang di jalan,
kadang harus merunduk bila ada batang pohon yang menjuntai terlalu rendah.
Perjalanan terlama adalah dari Pos 2 menuju Pos 3. Track
tidak terlalu sulit, pun tidak curam, hanya lebih panjang. Kami juga melewati
sebuah jembatan kayu ketika menuju Pos 3. Pos 3 sama dengan pos-pos sebelumnya,
hanya saja saat kami kesana atap bangunan ini roboh. Jadilah para pendaki
tidak dapat beristirahat di dalam pos.
Pos 3 menuju Pos 4 diawali oleh jalanan yang cukup menanjak.
Dan mungkin ini yang menyebabkan kaki Teh Nadia sakit. Teh Nadia masih berusaha
mengimbangi langkah-langkah kami. Tidak tega melihatnya menahan sakit. Melihat
yang demikian, Kang Andi membagi tim menjadi 2. Satu tim berjalan lebih dahulu,
memilih tempat istirahat dan memasak makan siang. Satu tim lagi yang terdiri
dari Kang Andi dan Mas David menemani Teh Nadia berjalan belakangan.
Lebih banyak kabut yang menutupi bukit di samping kiri kami.
Meski begitu ketika kabut tersibak, akan terlihatlah hijaunya bukit yang indah.
Dan dari Pos 4 kami sudah dapat melihat danau yang menjadi tempat favorit semua
pendaki, surganya Semeru, Ranu Kumbolo.
Ranu Kumbolo
Ranu Kumbolo, Juni 2012 |
Ranu berarti danau. Kumbolo berarti tempat berkumpul. Bila digabungkan menjadi danau tempat berkumpul. Itu pun masih bisa diartikan
lebih banyak lagi. Bisa saja bermakna tempat berkumpulnya air di atas gunung.
Atau tempat berkumpulnya para pendaki, mengingat rata-rata pendaki mendirikan
tenda dan ngecamp di Ranu Kumbolo. Atau mungkin tempat berkumpulnya impian,
cita dan cinta [sumpah bukan kata-kataku, Kang Andi yang bilang :p].
Mendadak mengalami kesulitan ketika hendak mendeskripsikan
Ranu Kumbolo. Kalau dibilang terlalu indah, iya, memang terlalu indah. Membuat
siapapun akan jatuh cinta pada pandangan pertama. Membuat siapapun akan terkena demam rindu ketika
meninggalkannya. Hehe..
Ranu Kumbolo, Juni 2012 |
kilau Ranu Kumbolo |
Ranu Kumbolo, Juni 2012 |
Ranu Kumbolo, sebuah danau di atas gunung yang digamit oleh
bukit-bukit. Airnya berkilauan bila ditimpa sinar matahari. Menyejukkan bagi
siapa saja yang kehausan. Menyenangkan bagi siapa saja yang memandang.
Ranu Kumbolo berkabut, November 2012 |