Selasa, 10 Juli 2012

hari ini, 2 tahun lalu

Sore ini tiba-tiba saja aku tersentak oleh sesuatu. Hari ini tanggal 10 Juli. Berarti tepat 2 tahun yang lalu. Ya, 2 tahun yang lalu, pendakian pertamaku :)

Dan sebelum tanggal berganti menjadi 11 Juli, aku ingin menuliskan ini.. Hari ini, 2 tahun lalu..

Berawal dari pesan singkat yang dikirimkan oleh Wahyu -teman SMP yang terhitung masih kerabatku malam itu. Jumat malam. Tiba-tiba saja dia mengajakku naik gunung malam Minggu. Aku kaget. Aku memang sempat mengutarakan keinginanku naik gunung kepada Wahyu. Tapi tidak menyangka akan mendapat ajakan mendadak seperti itu. Dan karena aku memang penasaran, aku iyakan saja ajakannya. Nekat :D

Hari H. Sabtu, 10 Juli 2010
Sore itu hujan mengguyur kota Jogja. Hujan kadang masih turun di awal musim kemarau waktu itu. Rencana pendakian terancam batal, pikirku. Namun menjelang maghrib hujan berhenti. Masih ada rasa pesimis. Tapi Wahyu bilang tetap berangkat. Yatta! :D

Setelah menunggui Wahyu packing, aku dan Wahyu pun berangkat menuju rumah salah seorang kawannya yang akan ikut mendaki. Latif. Sesampainya disana, kami pun bertemu si tuan rumah dan satu orang kawan mereka lagi, Ryan. Ya, kami akan mendaki Merapi berempat :). Menatap barang bawaan mereka, minderlah aku. Ahaha..apa pula ini yang kubawa. Tak ada apa-apa di ransel kecilku :p

Setelah semua siap, berangkatlah rombongan kecil kami. Mampir sebentar di swalayan untuk melengkapi kebutuhan logistik. Dan kami pun melaju menembus malam menuju basecamp. Kurang lebih jam 10 malam kami sampai di basecamp, Selo. Dingin. Brrr...

Pukul 22.30 kami memulai pendakian. Naik, naik, naik. Berhenti beberapa kali. Atur nafas. Minum. Juga menikmati langit malam penuh bintang. Dan hey, banyak bintang jatuh. Wow!

Berbekal senter aku menapaki track pendakian. Rute yang bisa dibilang terjal -apalagi olehku yang notabene pertama kali mendaki-, kanan hutan-kiri jurang, gelap, ditambah lagi angin yang berhembus kencang. Benar-benar pengalaman pertama yang menakjubkan.

Setelah kurang lebih 4,5 jam berjalan, kami memutuskan untuk bermalam. Jangan bayangkan kami tidur di tenda. Karena kami memang tidak membawa tenda. Kami memilih tempat yang terlindung. Dan menurut Wahyu dkk tempat terlindung itu hanyalah sebuah area sempit diapit batu besar dan semak belukar. Berharap akan sedikit hangat di tempat itu, kami menggelar sleeping bag. Emm..dan aku tidak membawa sleeping bag. Hehe.. Nampaknya Wahyu kasihan melihatku menggigil kedinginan. Dan dia memberikan sleeping bag-nya padaku. Itu hal yang benar-benar manis :)

Kami sepakat untuk bangun jam 4 pagi. Dengan niat awal bisa melihat sunrise di puncak. Tapi rencana tinggal rencana hihi. Kami bangun jam 6 pagi. Aku, Wahyu dan Latif bersiap menanti sunrise. Sedangkan Ryan masih tetap bergelung di hangatnya sleeping bag. Tidak heran, itu sudah kali banyaknya mendaki Merapi. Jadi kurasa dia sudah hafal luar kepala bagaimana situasi disana. Udara pagi itu sangat dingin. Terdingin dari yang pernah aku rasakan di tempatku tinggal. Gigiku tak henti bergemelutuk. Tapi udara sedingin itu tak ada artinya ketika aku menatap langit pagi hari itu..

sunrise pertamaku di gunung :)
Itu kali pertama aku menatap sunrise dari tempat setinggi gunung. Rasanya gimanaaa gitu.. Sesuatu lah :p. Setelah puas menatap sunrise pertamaku di gunung, kami pun masak bersama. Makan bersama dengan diiringi lagu campursari dari HP Latif. Oh-oh. Aku baru tahu, mereka suka mendengarkan lagu-lagu Didi Kempot dan sebangsanya :))

Pukul 8 pagi. Minggu, 11 Juli 2010

Setelah packing ulang kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Naik dan naik lagi. Dan sampailah kami di sebuah puncak. Bukan, bukan puncak Merapi. Hanya puncak kecil sebelum menuju Pasar Bubrah. Lebih familier dengan istilah Puncak Prasasti. Mungkin karena disana terdapat monumen/prasasti peringatan akan meninggalnya salah seorang pecinta alam di Merapi.
puncak prasasti

Dari Puncak Prasasti kami harus turun ke Pasar Bubrah. Aku pun tak tahu kenapa dinamai seperti itu. Dan dari Pasar Bubrah itulah pendakian ke puncak dimulai. Sepanjang mata memandang, hanya tampak batu dan pasir. Harus memilih dengan hati-hati mana batu yang dapat dipijak. Berulang-ulang terperosot lagi ke bawah.
track berupa batu dan pasir
Lelah menyerang. Bosan pun datang. Kenapa tidak jua sampai? Rasanya pengen turun lagi saja. Tapi berkali-kali Ryan memberikan semangat. Sebentar lagi katanya. Baiklah, aku mendaki dan terus mendaki. Sebelum mencapai puncak, kami melewati sebuah kawah besar. Kawah mati namanya. Dan bagaimana manusia bisa begitu menyombongkan diri. Bahkan di satu bagian gunung pun, manusia hanya sekecil ini. Astagfirulloh...

kawah mati
Pendakian terus berlanjut. Tertatih-tatih menelusuri batu-batu dan pasir. Naik dan naik lagi. Berteman ucapan "sebentar lagi" dari Ryan membuatku bertahan. Dan akhirnya.... Puncak Merapi :D
Aku sampai di puncak. Benar-benar berada di puncak. Puncak Merapi. Tidak tergambar bagaimana rasaku saat itu. Antara bahagia, puas, lelah, takjub jadi satu. Perjalanan ini benar-benar luar biasa :D

puncak merapi
Kurang lebih setengah jam kami habiskan di puncak. Memandangi birunya langit, gumpalan awan yang berarak, juga gunung-gunung lain dari puncak Merapi. Indah sekali. Tak tergambarkan. Tak terungkapkan.

Pukul 10.30 kami turun. Dan ternyata turun gunung itu lebih melelahkan daripada mendakinya. Karena beban tubuh terhadap lutut lebih besar daripada saat kita bergerak naik. Berkali-kali terpeleset dan terjatuh. Sempat merasa kesal sendiri. Tapi mereka tetap sabar mendampingi pemula macam aku ini sampai basecamp :)

Perjalanan ini sungguh luar biasa. Sebuah perjalanan yang sarat akan pembelajaran. Keberanian, keteguhan hati, kerja keras, setia kawan dan kesabaran :)

bareng Wahyu
bareng Ryan



















bareng Latif
Sayang sekali tidak ada foto berempat. Tapi tak apalah. Begini pun sudah cukup.

Terima kasih buat Wahyu, Ryan, juga Latif yang sudah mengenalkanku pada indahnya gunung. Yang membuatku jatuh cinta pada gunung, membuatku mengerti makna penting dalam pendakian, juga yang membuatku lebih mencintai negeri ini.

Terima kasih Merapi. Terima kasih Indonesia.

1 komentar: