Minggu, 04 Desember 2011

kertas.daur.ulang.


Tak perlu bensin pula kayu bakar itu. Cukup kau saja. Api. Sudah membakarku. Sempurna.
Tak perlu penghiburan indahnya bulan. Cukup kau saja. Malam. Sudah menebas indahnya senjaku. Kelam.
Tak perlu fatamorgana oase itu. Cukup kau saja. Gersang. Sudah menenggak habis tawaku.  Hilang.
Tak sedikit langit menumpahkan hujan. Menghapus sedu sedan. Mengganti tawa yang ditelan gersang.
Beribu pagi menjelang. Mengganti pekatnya malam. Menanti anggun cakrawala senja datang.
Keringnya hati kadang tak menyadari hadirnya hujan.
Gelapnya jiwa kadang tak memaknai terangnya pagi.
Maka disinilah aku sekarang.
Menjejak malam. Menantang gersang.
Memungut abu. Berdiri perlahan. Meniti jejak pertama. Menjadikannya kembali ada.
Kertas daur ulang...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar