Jumat, 08 Desember 2023

Daily Dose of Sunshine

sumber: pinterest

Belum lama ini aku menonton sebuah series yang cukup menarik. Daily Dose of Sunshine. Terdiri dari 12 episode, series ini menceritakan tentang tokoh utama Jung Da-eun ~diperankan oleh Park Bo-young~ , seorang perawat yang pindah dari poli penyakit dalam ke poli psikiatri/kesehatan jiwa. Mulanya Da-eun dapat beradaptasi dengan baik di tempat barunya. Hingga kemudian suatu hari, salah seorang pasien yang merupakan tanggung jawabnya bunuh diri. Da-eun merasa bersalah, sedih dan terpukul. Dan dia tidak lagi bisa menjalani hari-harinya seperti biasa. Da-eun mulai mengalami amnesia disosiatif, tidak mau makan, hanya tidur sepanjang hari dan bahkan mencoba bunuh diri. Da-eun depresi.

Cukup menyesakkan bagiku mengingat adegan-adegan dalam series ini untuk diceritakan kembali. Tapi aku ingin mengingatnya, jadi kurasa harus kutulis meski menyesakkan. Saat kali pertama dibawa ke rumah sakit jiwa, Da-eun menolak menerima kondisinya. Da-eun tidak mau menerima bahwa dia terdiagnosa depresi. Tidak mau meminum obat dan tidak mau membaur dengan pasien lainnya, karena Da-eun menganggap dirinya berbeda dengan pasien lainnya. Namun setelah cukup tenang dalam sebuah konsultasi dengan dokternya dan ingatannya perlahan kembali di malam dia mencoba bunuh diri, Da-eun akhirnya sadar. Da-eun mengakui, menerima kondisinya yang depresi dan menyadari bahwa dia harus memulai pengobatan. 

Selain harus berjuang untuk kesembuhannya, Da-eun pun harus berjuang untuk kembali bekerja sebagai perawat. Ada momen di mana dia merasa ragu dan ingin berhenti. Tapi dukungan orang-orang terdekat terus menguatkan Da-eun untuk kembali bekerja sebagai perawat. Dan bahkan ketika dia harus menghadapi protes dari para wali pasien yang menuntutnya untuk mengundurkan diri, Da-eun dikuatkan untuk terus bertahan dan berjuang.

Series ini memperlihatkan pada kita semua tentang betapa tidak mudah menjalani hidup dengan gangguan kesehatan mental. Stigma dan perlakuan orang lain di luar sana seringkali menambah tekanan. Kisah Da-eun mengajarkan pada kita bahwa tidak apa-apa mengakui dan menerima apa yang kita alami dan rasakan. Menceritakannya kepada orang yang tepat dapat membantu. Juga dukungan orang-orang terdekat yang peduli begitu berpengaruh dalam proses kesembuhan.

Masuk ke bagian yang menarik untukku dari Daily Dose of Sunshine. Ada dialog yang sangat membekas di sesi konsultasi ketika Da-eun akhirnya mengakui dan menerima kondisinya.

sumber: pinterest

Kadang kala, terlalu memikirkan bagaimana perasaan orang lain terasa sangat menyiksa. Seringkali hal itu tidak disadari pada mulanya, namun perasaan menyiksa itu terus menggerogoti dari dalam. Merasa bersalah pada hal yang sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahan kita, merasa tidak enak ketika mendahulukan keinginan sendiri, merasa takut untuk menolak dan berkata tidak. Sekalipun kadangkala sulit dilakukan, kurasa penting untuk meyakinkan diri sendiri di beberapa kondisi bahwa tidak semuanya adalah tanggung jawabku. Tidak semua hal harus aku pikirkan seorang diri. Tidak apa-apa kalau aku melakukan sesuatu yang aku sukai. Tidak apa-apa untuk memilih berbeda dengan pilihan orang lain. Tidak apa-apa untuk menolak dan berkata tidak. Tidak apa-apa kalau orang lain salah paham padamu, tidak menyukaimu. Aku hanya perlu melihat mereka yang mendukungku. Karena aku juga berhak bahagia.


Jumat, 03 November 2023

Dona Dona


"Menurutku, kematian tidak seharusnya menjadi alasan seseorang tidak bahagia. Sebab, tak ada orang yang tak akan mati. Jika kematian adalah penyebab ketidakbahagiaan, berarti semua orang dilahirkan untuk tidak bahagia. Hal itu tidak benar. Setiap orang tentu dilahirkan demi kebahagiaan."
-Yukari Tokita-

***

Berhasil membuatku jatuh cinta pada dua novel sebelumnya yakni Funiculi Funicula dan Funiculi Funicula 2: Kisah-Kisah Yang Baru Terungkap, aku begitu menantikan novel terbaru Toshikazu Kawaguchi, Dona Dona.

Berbeda dengan dua novel sebelumnya yang berlatar sebuah kafe di Tokyo, Dona Dona mengambil latar sebuah lereng di Hakodate, Hokkaido. Meski begitu, benang merah kisahnya masih sama. Tentang perjalanan beberapa orang kembali ke masa lalu atau ke masa depan. Peraturannya pun masih sama. Yang lupa atau ingin tahu peraturannya bisa baca postingan sebelumnya berjudul Funiculi Funicula. https://kertas-daurulang.blogspot.com/2023/05/funiculi-funicula.html?m=1

Dan seperi biasa, ada empat cerita yang disajikan. Tentang empat orang yang ingin melakukan perjalanan waktu. Seorang anak yang ingin protes pada orangtuanya yang sudah meninggal, seorang komedian yang kehilangaan tujuan dan ingin menemui mendiang istri yang sangat dicintai, seorang adik yang mengkhawatirkan kakaknya juga seorang pemuda yang menemui gadis yang disukainya diam-diam. Kisah-kisah ini diceritakan dengan apik, membawa kita merasakan apa yang dirasa si tokoh baik itu dendam, cinta, kenangan, rasa bersalah, penyesalan dan juga harapan. Kisah-kisah di buku ini begitu hangat dan menyentuh sampai aku berkali-kali meneteskan air mata.

Dari ketiga buku seri Funiculi Funicula, Dona Dona adalah buku yang paling kusukai sejauh ini. Sekalipun semua kisah di seri Funiculi Funicula memiliki daya pikat tersendiri, keempat kisah dalam buku Dona Dona begitu menyentuh dan berbeda. Kurasa ini karena setiap kisah berhubungan dengan sosok yang sudah meninggal sehingga efek kesedihannya terasa lebih personal bagiku. Bagaimana kematian sosok yang sangat kita cintai bisa begitu menghancurkan, membuat kita kehilangan harapan, dan berpikiran buruk tentang semua hal di dunia yang diceritakan dalam Dona Dona begitu nyata. 

Hal unik dari Dona Dona selain keempat kisahnya berhubungan dengan orang yang sudah meninggal adalah bahwa keempat kisah itu meskipun berbeda dan sepertinya tidak terkait tapi nyatanya terkait dengan satu orang yang sama. Yukari Tokita, sang pemilik kafe yang meskipun sering bersikap seenaknya tapi kebaikan hatinya menyelamatkan banyak harapan. Begitulah, seringkali dan bahkan kadangkala tanpa disadari, sebuah kebaikan dapat menyelamatkan seseorang dari penyesalan dan keputusasaan.

Minggu, 27 Agustus 2023

Sebuah Catatan Episode Terakhir Celebrity



sumber: pinterest

"Kalian memamerkannya dan membuat hidup kami seperti sampah."
"Apa sulit bagi kalian untuk diam?"
"Apa kalian harus menyombongkan diri?"
"Kumohon diamlah. Itu menjijikkan dan membuatku gila..."

Kalimat-kalimat di atas adalah kalimat yang diucapkan Lee Seon-yeong alias Lee Eun-chae alias _bbbfamous dalam serial Netflix Celebrity episode terakhir. Aku begitu tercengang sampai harus mengulang adegan itu berulang kali. 

Kalimat-kalimat itu mengacu pada sebuah kelompok yang sering kali mengunggah rumah mewah mereka, barang-barang bermerek yang dipakai, juga mobil super mereka di sosial media.

Dan meskipun acuannya berbeda ~tidak melulu bersifat kebendaan pun kemewahan~, kurasa kalimat-kalimat serupa itu pernah melintas di pikiran-pikiran kita.

Kata orang solusinya mudah. Tidak usah buka sosial media. Tidak usah ikuti akunnya. Tidak usah lihat unggahannya. Nyatanya seringkali tidak sesederhana itu. Dia mungkin keluarga, rekan kerja, atau tetangga. Mendadak tidak mengikuti akunnya akan menimbulkan kesalahpahaman yang lain. Yang tidak sederhana untuk dijelaskan.

Tapi sekali lagi, kita tidak pernah bisa menggunakan kutukan imperius seperti Voldemort untuk mengontrol orang lain. Karena tentu saja setiap orang memiliki pemikiran dan perasaannya sendiri. Yang bisa kita lakukan adalah mengontrol diri sendiri. Sekalipun itu artinya menahan diri, sekalipun itu tidak nyaman dan bahkan mungkin menyakitkan.

Hal lain yang kemudian menjadi catatan dari adegan itu adalah pesan bahwa unggahanmu di sosial media mungkin bisa menjadi sumber ketidaknyamanan bagi orang lain. Sebuah pesan untuk jangan over sharing atau jangan berlebihan dalam mengunggah sesuatu ~kehidupan pribadimu~ di sosial media. Apapun itu. Sekali dua kali mungkin akan dilewati begitu saja oleh orang lain. Respon awal mereka mungkin akan ikut senang untukmu atau menganggap itu lucu atau bahkan menjadi kagum padamu. Tapi ketika begitu sering diunggah, begitu detail diceritakan, begitu berlebihan, akan ada orang-orang yang kemudian muak. Dan mungkin tersakiti. Dan bahkan menjadi sumber kekacauan seperti digambarkan di serial drama ini.

Sabtu, 26 Agustus 2023

I K I G A I

"Hal-hal penting untuk kebahagiaan dalam hidup ini adalah adanya sesuatu yang harus dilakukan, sesuatu untuk dicintai, dan sesuatu yang bisa diharapkan."
-Washington Burnap-



Buku ini begitu cepat membuatku jatuh cinta. Covernya, judulnya, uraian singkatnya. Dan begitu mulai membaca, rasanya tidak ingin berhenti sebelum halaman terakhir. Ditulis dengan apik, disertai kisah-kisah menarik, poin-poin penting terhighlight dengan baik dan bahkan disertai peta isi buku secara keseluruhan. Menyenangkan sekali membaca buku ini.

Kata ikigai berasal dari konsep Jepang, yang bisa diterjemahkan kira-kira sebagai "berbahagia dengan tetap menyibukkan diri". Penulis buku ini percaya bahwa mereka yang menemukan ikigai memiliki semua yang dibutuhkan untuk melalui hidup dalam perjalanan panjang yang menyenangkan.

Beberapa orang mungkin sudah menemukan ikigai mereka. Beberapa lagi masih mencari. Buku ini memberikan langkah-langkah untuk mereka yang ingin menemukan ikigainya:
1. Menjaga agar pikiran tetap aktif
2. Menemukan tujuan hidup
3. Melakukan yang terbaik
4. Menemukan hal yang membuat bahagia
5. Meditasi untuk emosi lebih sehat
6. Gunakan flow untuk menemukan ikigai Anda

Flow yang dimaksud dalam buku ini adalah saat dimana kita sepenuhnya tenggelam dalam apa yang sedang kita lakukan. Sehingga waktu berjalan terasa sangat cepat atau tidak terasa dan tidak ada hal lain yang tampak penting. Melalui flow ini pengalaman yang optimal dapat dicapai.

Pulau Okinawa di Jepang yang memiliki banyak centenarian (orang berusia lebih dari 100 tahun) menjadi tempat riset penulis. Mereka melakukan 100 wawancara di Ogimi, sebuah desa di Okinawa yang dijuluki Desa Umur Panjang sebelum akhirnya menerbitkan Ikigai. Dalam wawancara ini penulis mengulik tentang filosofi hidup mereka, ikigai mereka, rahasia umur panjang, kebiasaan hidup, dan bahkan diet ala masyarakat Ogimi.

Pada akhirnya penulis menyimpulkan sepuluh aturan ikigai yang dirangkum dari kebijaksanaan warga Ogimi yang berusia panjang:
1. Terus aktif, jangan pensiun
2. Perlahan saja
3. Jangan penuhi perutmu
4. Kelilingi dirimu dengan teman baik
5. Bugar untuk ulang tahun yang akan datang
6. Senyum
7. Berhubungan kembali dengan alam
8. Bersyukurlah
9. Hiduplah pada saat ini
10. Ikuti ikigai-mu

Banyak bagian yang menurutku menarik dari buku ini. Beberapa diantaranya yang pertama adalah gagasan "Teruslah aktif, jangan pensiun" dimana sekarang banyak orang berlomba-lomba mencari uang sebanyak-banyaknya agar bisa pensiun lebih cepat. Tapi ternyata kalau kita melakukan pekerjaan yang membuat bahagia, kenapa harus pensiun? Boleh jadi kita melakukan pekerjaan yang sekarang karena tuntutan. Kalau begitu, lakukanlah sesuatu yang lain. Yang menyenangkan. Yang membuat bahagia. Dan terus lakukan itu bahkan ketika nanti sudah pensiun dari pekerjaan utama untuk membuat kita tetap aktif.

Yang kedua, buku ini ditulis oleh orang Eropa yang meneliti cara hidup masyarakat Jepang dengan menggunakan banyak penelitian lain sebagai referensi. Uniknya adalah hasil penelitian-penelitian ini sangat relevan dengan ajaran-ajaran dalam agama Islam. Sebut saja aturan ikigai nomor tiga, jangan penuhi perutmu, sesuai dengan anjuran dalam Islam untuk makan ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Dalam bab Diet Ikigai buku ini disebutkan pula tentang rekomendasi Diet 5:2 (dua hari puasa, lima hari makan normal) setiap minggunya. Ini relevan dengan sunah puasa Senin-Kamis dalam Islam. Selain itu, masih banyak hal lain di buku ini yang kurasa begitu relevan seperti bergaul dengan teman-teman yang baik, senyum dan juga bersyukur. Semuanya ada dalam ajaran Islam bahkan sebelum penelitian ini ada.

Membaca buku ini membuatku berfikir betapa sedikit yang aku baca, betapa sedikit yang aku tahu, dan lebih sedikit lagi yang aku mengerti. Tentang diriku, tentang agamaku, tentang hidupku. 



Jumat, 25 Agustus 2023

Lombok, 2023

Kembali ke Lombok belum pernah terasa asing. Sekalipun bertahun-tahun kemudian. Entah mengapa. Seperti tahun ini, aku kembali ke Lombok. Memilih berlebaran dengan Mbak Ana, kakak perempuanku. Namun sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan, aku terdampak aturan dilarang mengambil cuti di tanggal cuti bersama. Maka berangkatlah aku persis di tanggal setelah tanggal cuti bersama berakhir. Tidak banyak yang akan kuceritakan. Hanya rekap singkat perjalanan untukku yang pelupa.

26 April 2023

Ini adalah penerbanganku yang pertama setelah beberapa tahun akibat pandemi Covid-19. Dan kali pertama juga mencoba kereta api bandara hihi. Rasanya menyenangkan bisa bepergian dengan bebas lagi. Tapi rasa senang itu tidak berlangsung lama. Begitu sampai di bandara Lombok, barulah kami tahu kalau bagasi satu pesawat masih tertinggal di Jogja. Ha-ha. Para penumpang pun berbondong-bondong protes. Setelah berunding serta mempertimbangkan waktu yang juga sudah malam kami sepakat mengambil ke bandara esok hari daripada menunggu lama bila dikirimkan.

Yogyakarta International Airport


27 April 2023

Setelah sarapan nasi kaput ~sejak di Jogja aku berencana makan nasi kaput setiap pagi di Lombok~, kami bersantai dan menghabiskan waktu berkumpul dan mengobrol. Empat tahun tidak bertemu keponakanku sudah besar-besar 🥺. Kami tidak ada agenda hari ini selain kembali ke bandara dan mengambil yang tertinggal.

Nada, si keponakan yang udah gede aja 🥺

Nasi kaput dengan aneka macam lauk

Aku dan suami juga tidak ada rencana pasti akan jalan-jalan kemana di kunjungan Lombok kali ini. Hanya ingin berkumpul bersama keluarga. Toh Lombok tidak pernah kehabisan tempat untuk dikunjungi.

28 April 2023

Pagi-pagi setelah sholat subuh kami diajak ke Pantai Labuhan Haji. Langit masih gelap, mata masih mengantuk, dan tak ada seorangpun yang sudah mandi.

Sarapan di pantai. Itu tujuannya wkwk. Tapi karena masih pagi benar, banyak warung yang belum buka. Tidak banyak pilihan. Dan yang kami pilih ternyata tidak seenak itu. Masih lebih enak masakan rumahan buatan Mbak Ana.

Pantai Labuhan Haji




29 April 2023

Setelah beberapa hari berkegiatan (mengobrol dan menjajal aneka makanan-jajajan Lombok) di rumah, hari ini aku dan suami akan jalan-jalan. Tujuan hari ini adalah pantai favorit kami; Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan dan Bukit Merese. Siapa sangka akhirnya kami hanya naik Bukit Merese ~yang kali ini sudah hijau~ dan melihat pantai penuh manusia dari atas bukit.

Sate Rembiga yang super enak

Berbeda dengan Jogja, Idul Fitri di Lombok tidak hanya dirayakan saat hari H atau beberapa hari setelahnya saja. Seminggu setelah hari H, Lombok kembali berlebaran. Dan malah lebih meriah. Takbir kembali menggema. Masyarakat berbondong-bondong ziarah leluhur dilanjutkan ke pantai untuk rekreasi sambil menikmati bekal ketupat dan pelengkapnya. Lebaran Topat (Lebaran Ketupat) namanya. Kukira takkan seramai itu, tapi ternyata memang SE-RAMAI itu. Pantai benar-benar penuh. Lautan manusia. Kurasa aku cukup beruntung bisa melihat dan secara tidak langsung bergabung dalam perayaan Lebaran Topat di Lombok.

Bukit Merese







30 April 2023

Hari ini aku dan suami akan berjalan-jalan ke air terjun yang cukup terkenal di Lombok. Air Terjun Benang Stokel dan Air Terjun Benang Kelambu. 

Benang Stokel menurut bahasa setempat kira-kira artinya segumpal benang. Hal ini mengacu pada wujud air terjun yang menyerupai benang yang diikat menyatu. Air terjun yang memiliki dua terjunan air setinggi 30 meter ini memiliki kisah mitosnya yang terkenal. Konon Air Terjun Benang Stokel menjadi tempat membersihkan diri Dewi Anjani ~makhluk gaib yang dipercaya menunggu Gunung Rinjani~. 

Air Terjun Benang Stokel

Begitu pula Benang Kelambu yang disebut demikian karena wujudnya yang menyerupai kelambu/tirai. Berbeda dari air terjun kebanyakan yang airnya seolah tumpah deras, Benang Kelambu airnya tumpah tipis-tipis dari sela tetumbuhan dan nampak lembut. Cantik sekali.

Air Terjun Benang Kelambu




Perjalanan menuju air terjun dari tempat parkir tidak dekat tapi juga tidak begitu jauh. Kami berjalan kaki sekitar 20 menit dengan pepohonan yang rimbun di kanan dan kiri untuk sampai di Air Terjun Benang Stokel. Dan sekitar 25 menit berjalan kaki dari Benang Stokel untuk sampai ke Benang Kelambu. Tapi itu sepadan dengan yang akhirnya kami jumpai. Benang Kelambu benar-benar cantik. Bagi yang tidak mau terlalu lelah berjalan, setelah keluar dari Benang Kelambu terdapat fasilitas ojek yang bisa ditumpangi untuk kembali ke pintu masuk objek wisata.


Track menuju air terjun

Kami beristirahat sejenak sebelum akhirnya memutuskan dengan spontan akan ke Pantai Pink. Pantai yang berada di ujung pulau dan berjarak kira-kira dua jam perjalanan bermotor dari Benang Kelambu. Kalau diingat-ingat kembali, kami ternyata se-random itu wkwk

Setelah dua jam perjalanan yang cukup melelahkan, sampailah kami di Pantai Pink. Pantai masih ramai. Entah karena hari libur atau masih lanjutan Lebaran Topat kemarin. Kami pun memilih melipir ke atas bukit di sebelah pantai. Dan pemandangan dari atas bukit nyatanya lebih cantik. Lombok memang secantik ini.


Pantai Pink





Sunset


Foto terakhir sebelum hp mati kehabisan baterai

Hari mulai gelap ketika kami turun. Baterai handphone sudah habis. Cukup untuk hari ini. Saatnya pulang. Dan ternyata kami kesasar. Hahaha. Udahlah pulang malam, kesasar di antah berantah, gerimis pula. Tapi alhamdulillah akhirnya sampai rumah dengan selamat dan sukses membuat orang rumah khawatir :p

1 Mei 2023

Rencana ke Sembalun yang sempat gagal beberapa kali akhirnya terealisasi. Pagi-pagi benar Mbak Ana membangunkan kami semua untuk bersiap ke Sembalun. Langit belum lagi terang, jalanan dengan kelokan yang menantang masih lengang. Baru pukul tujuh pagi ketika kami serombongan sampai di Taman Wisata Pusuk Sembalun. Dikelilingi bukit nan hijau, suasana pagi di Sembalun terasa dingin khas pegunungan. Beberapa monyet liar sesekali menghampiri. Penasaran apakah kami membawa makanan.





Family 🤍 (minus Mas Toni yang lagi sibuk banget)

Beranjak dari Pusuk, kami menuju Sembalun Lawang, mengunjungi rumah salah seorang kawan Nada ~keponakanku~. Siti namanya. Dari rumah Siti, aku bisa melihat sedikit bagian Gunung Rinjani. Ah, ingin sekali mendaki ke sana. Dan oh, di rumah Siti pula untuk kali pertama aku mencoba isi buncis yang dimakan seperti kacang. Isian buncis khas Sembalun itu dikeringkan terlebih dahulu sebelum kemudian diolah dan dibumbui hingga akhirnya menjadi cemilan yang enak. Terima kasih ya, Siti 😆


Buncis Sembalun

Pulang dari rumah Siti, kami turun dari Sembalun. Sepanjang perjalanan, mata benar-benar dimanjakan pemandangan di kanan dan kiri kami. Bukit-bukit hijau yang menjulang, langit yang biru, perkebunan warga setempat, juga Rinjani yang tampak cantik sekali. 

Mengunjungi Pohon Purba Lian di Pringgabaya adalah agenda terakhir kami hari itu. Pohon Purba ini diyakini berusia ratusan tahun. Menjulang dengan ketinggian sekitar 40 meter dan diameter yang seukuran pelukan 3 sampai 4 orang dewasa, pohon ini benar-benar mewujud pohon raksasa. Akarnya yang panjang mencuat hingga lebih dari satu meter di atas permukaan tanah. Setelah puas berkeliling melihat pepohonan raksasa, kami beristirahat di berugak kecil sambil menikmati bakso pentol yang entah kenapa rasanya selalu lebih enak dibanding yang dijual di Jogja :p 

Pohon purba





3 Mei 2023

Cuti sudah hampir habis, saatnya kembali ke Jogja. Lombok, akan selalu punya ruang tersendiri di hati. Sekalipun aku kembali setelah bertahun-tahun dan Lombok juga terus berubah, bagiku tempat itu akan selalu sama hangatnya. Sehangat kenanganku. Kenangan masa kecil, kenangan rumah kami, juga kenangan tentang Ibu. 

Sampai jumpa lagi, Lombok




Jumat, 07 Juli 2023

The Midnight Library



"Satu-satunya cara untuk belajar adalah dengan hidup."

-Mrs.Elm-

***

Hidup seringkali tidak seperti yang kita harapkan. Harapan-harapan itulah yang seringkali membuat kita kecewa atau merasa mengecewakan orang lain. Menjalani hidup seperti yang orang lain harapkan begitu melelahkan. Membuat kita merasa tidak berharga. Dan tidak bahagia.

Kalau boleh kugambarkan, kurang lebih begitulah yang dirasakan Nora Seed, sebagai pembuka cerita di buku ini. Hal-hal mengecewakan terus-terusan terjadi. Penyesalannya makin menumpuk. Dan bahkan Volts ~kucingnya~ mati, membuatnya ingin mati juga.

Alih-alih mati karena keracunan obat anti depresan, Nora malah terjebak di Perpustakaan Tengah Malam dan bertemu dengan Mrs. Elm, pustakawati sekolahnya dulu. Perpustakaan Tengah Malam adalah sebuah tempat yang tercipta di antara kehidupan dan kematian. Memiliki buku dengan jumlah tak terhingga dan tiap bukunya menyediakan satu kesempatan untuk mencoba kehidupan lain yang bisa dijalani. Kehidupan yang mungkin terjadi bila kau mengambil keputusan-keputusan berbeda di kehidupan akarmu. Akankah kehidupan yang lain lebih baik? Atau lebih buruk?

Dan petualangan Nora pun dimulai. Saat pertama sampai di perpustakaan, Nora ditunjukkan Buku Penyesalan miliknya yang sangat berat dan berisi banyak penyesalan dalam hidupnya, keputusan-keputusan yang dia sesali, hal-hal yang membuatnya merasa tidak ingin hidup lagi. Tapi di perpustakaan itu Nora juga berkesempatan memilih buku-buku lain di mana dia berada di kehidupan yang lain. Kehidupan dunia paralel.

Nora mencoba banyak kehidupan. Sebagai perenang juara olimpiade, pemain band terkenal, pemilik pub di pedesaan, glasiolog, perawat anjing, pemilik perkebunan anggur dan bahkan seorang ibu.

Menjalani banyak kehidupan lain membawa perubahan pada diri Nora dalam memandang apa yang terjadi di kehidupan akarnya, membuat penyesalan Nora semakin ringan dan menyadarkannya bahwa setiap kehidupan pantas dijalani. Bahwa kebaikan-kebaikan kecil akan sangat berarti dan membawa perubahan. Petualangan Nora di perpustakaan mengantarkannya pada penerimaan eksistensinya. Penerimaan diri sendiri yang menjadikannya sosok Nora yang baru, Nora yang tidak hidup dengan khayalan kesempurnaan ekspektasi orang lain juga Nora yang tidak melarikan diri dari rasa sakitnya. 

Meskipun di pertengahan sempat merasa bosan karena banyaknya kehidupan yang dicoba Nora, kurasa Matt Haig ~penulis~ cukup berhasil membuat pembaca bertahan sampai akhir dan bahkan mengakhiri buku ini dengan sangat indah dan menyentuh.

Dari sekian banyak kehidupan yang dicoba Nora, kurasa yang paling berkesan bagiku adalah saat Nora menjadi musisi terkenal (bagian menjawab pertanyaan di podcast). Kupikir yang disampaikan Nora di podcast itu luar biasa. Mengingat dia hampir saja membunuh dirinya sendiri.

"Tidak ada kehidupan tempat kau bisa terus-menerus berbahagia untuk selamanya. Mengkhayalkan kehidupan semacam itu ada hanya menumbuhkan semakin banyak ketidakbahagiaan dalam kehidupan yang tengah kau jalani." -Nora Seed-

Jadi, teruslah hidup meskipun dunia memang kadang se-menyebal-kan ini, se-tidak-adil ini, se-menyakit-kan ini, se-mengecewa-kan ini. Teruslah hidup dengan kebaikan-kebaikan sekalipun itu kecil. Teruslah hidup. Karena setiap kehidupan layak dijalani.


Sabtu, 27 Mei 2023

Funiculi Funicula




Apa yang kali pertama kamu pikirkan saat mendengar ada kedai kopi yang bisa membawa ke masa lalu? Mungkin kamu tertarik mencoba. Tetapi bagaimana jika kamu tidak bisa mengubah masa depan meskipun sudah berhasil kembali masa lalu?

Mungkin kamu akan berpikir ulang. Apa gunanya kembali jika tidak ada yang berubah? Tapi tetap saja, ada sebagian orang yang ingin kembali. Dan mereka pun datang, ke Funiculi Funicula.

Funiculi Funicula adalah sebuah kafe/kedai kopi yang menurut legenda urban bisa membawa seseorang kembali ke masa lalu. Juga masa depan. Ada beberapa syarat yang harus diketahui oleh orang yang akan melakukan perjalanan waktu. 

Pertama, orang yang bisa ditemui di masa lalu hanyalah orang yang pernah datang ke kafe ini. Kedua, seberapa keras pun kau berupaya di masa lalu, kau tidak akan bisa mengubah kenyataan di masa kini. Ketiga, kau harus duduk di kursi tertentu untuk kembali ke masa lalu. Namun, kursi itu telah diduduki oleh seseorang. Kau hanya bisa duduk di situ ketika orang tersebut ke toilet. Ia selalu ke toilet satu kali setiap hari, tetapi tak ada yang tahu kapan tepatnya. Keempat, ketika berada di masa lalu, kau tidak boleh meninggalkan kursi tersebut kalau tidak mau ditarik paksa ke masa kini. Kelima, kau hanya bisa kembali ke masa lalu setelah kopi dituangkan ke cangkir dan waktu kunjunganmu hanya sampai sebelum kopinya dingin.

Ada beberapa cerita di buku ini. Tentang sepasang kekasih, suami dan istri, kakak dan adik, juga ibu dan anak. Semua kisah terasa hangat dan menyentuh hati. Meski begitu, yang paling menyentuh bagiku adalah kisah tentang suami dan istri. 

Buku ini membuat kita melihat beberapa hal. Kembali ke masa lalu tidak selalu tentang mengubah yang terjadi di masa kini, tapi bagaimana perasaan kita berubah dalam memandang apa yang terjadi. Mengurai kesalahpahaman, memandang dari sudut pandang yang lain, juga memahami dengan lebih baik apa yang tidak kita pahami sebelumnya. Dengan begitu, perasaan kita akan membaik dan lebih hangat.

Aku selalu mengagumi penulis dengan ide-ide tak biasa dan menuliskannya dengan luar biasa baiknya. Dan kurasa, Toshikazu Kawaguchi ~penulis buku ini~ , adalah salah satunya.

Buku pertama


Buku kedua