Minggu, 23 Desember 2012

3676 mdpl (1) : perjalanan pun dimulai



The Team...
Andi Budiman. Kerap dipanggil Kang Andi, Ayah Andi, juga Kangkung. Pemilik tubuh yang keterlaluan tingginya ini secara tak tertulis sudah menjadi semacam leader di tim kami. Pembawaannya yang tenang *kalo nggak mau disebut datar* membuat kami semua percaya sepenuhnya. Selalu berusaha menyelesaikan masalah tanpa membuat yang lain panik. Akang satu ini meskipun terkesan pendiam, tapi kalau sudah nyeletuk, dapat dipastikan kami bakalan ngakak maksimal. Ditambah lagi ekspresinya yang selalu datar, lempeng banget. Kami serombongan sepakat menjagokan Kang Andi ikutan Stand-up Comedy. Bakal kami dukung 100% :D


Syahroni Akbar Prabowo.  Kang Arai, Kang Oni, Kang Roni, Papih Arai, Abang dan entah ada berapa banyak lagi sebutan akrabnya. Rasanya sudah sepaket antara Kang Andi dan Kang Arai ini. Dimana ada Kang Andi, disitu pula lah ada Kang Arai. Begitu pun sebaliknya. Alhamdulillah perawakan Kang Arai tidak se-menjulang Kang Andi :p. Akang berkaca-mata ini pandai “ngemong”, berpikiran positif, meskipun kadang jail dan isengnya bikin geregetan -_-‘’



next: Teza, Teh Nadia...

***
Sebuah perjalanan selalu dimulai dari langkah pertama. Dan perjalanan ini bermula dari ajakan Teza mendaki Gunung Semeru. Awalnya aku menolak, dengan alasan baru beberapa bulan yang lalu kesana. Pun mengingat cuti yang tersisa di tahun ini tinggal 3 hari. Di beberapa hari kemudian ajakan Teza datang lagi. Dengan iming-iming adanya tanggal merah, maka cuti yang diambil pun bisa diperpendek harinya, ittenerary pun menjadi masuk akal untuk dijalani. Setelah melewati pelbagai pertimbangan termasuk di dalamnya adalah kerinduan akan kejutan di Semeru *haish*, diputuskan aku akan ikut trip kali ini. Bismillah...

Perlengkapan sudah disiapkan, tiket PP sudah dipesan, tinggal packing akhir saja. Tidak sabar rasanya menanti hari H tiba. Sesuai kesepakatan, kami semua akan bertemu di Stasiun Kotabaru Malang pagi hari tanggal 15 November 2012. 

Rabu, 14 November 2012

Pagi...
Lagu Danger Line berseru-seru dari telepon selulerku. Dari Teza. Membahas persiapan untuk pendakian esok hari. Teza sudah selesai packing, sedangkan aku? Cuma bisa cengar-cengir melihat lantai kamar yang penuh dengan aneka perlengkapan yang belum dimasukkan ke keril mungilku. Tak berapa lama dari telepon Teza, Mbak Nurul mengirim pesan singkat. Ada kabar jalur pendakian ke Semeru ditutup. Heuuu... :( Danger Line melengking-lengking lagi. Kali ini dari Kang Arai. Masih tentang persiapan pendakian. Juga membahas isu yang tengah marak dibicarakan, tutupnya jalur pendakian ke Semeru. Kang Arai berusaha meyakinkan aku untuk terus berfikir positif. Yang penting sampai Malang dulu besok pagi. Urusan ditutup atau tidak, yang penting diusahakan dulu. Oke, sip!

Dan sepanjang pagi hingga siang itu, Danger Line menjadi lagu yang paling sering kudengar. Ada Mas David, Rian, Mbak Endah, Mas Ain, dan entah siapa lagi yang turut berperan serta membuat Mas Shadows bernyanyi tak henti :D. Pembicaraan di telepon pun tak jauh-jauh dari tema tutupnya jalur pendakian yang kabarnya akibat membludaknya  jumlah pendaki dari rombongan Avtech. Ada kekhawatiran dalam hati bahwa pendakian ke Semeru kali ini akan gagal. Tapi seperti kata Kang Arai, yang penting sampai Malang dulu, usaha maksimal dulu.

Ba’da isya...
Siap berangkat. Rencana awal: rumah-rumah sepupu [pinjam nesting]-makan malam-Stasiun Lempuyangan. Tapi apa mau dikata, sehabis mengambil nesting pinjaman, hujan turun dengan derasnya. Berteduh pun nampaknya hanya akan membuang waktu saja. Akhirnya dengan tekad bulat bermodal 1 mantel hujan untuk dipakai 2 orang berboncengan, aku pun berbasah-basah ria. Rencana makan malam pun batal. Yang penting sampai stasiun dulu karena hujan nampaknya tak hendak reda. Alhasil sampai stasiun dengan kondisi yang cukup mengenaskan :p. Celana total basah, jaket pun tak luput dari guyuran air hujan. Meski begitu, di stasiun aku disuguhi pemandangan yang membuatku senyum-senyum sendiri. Begitu banyak anak manusia dengan keril besarnya memenuhi stasiun. Nampaknya gerbong kereta akan dipenuhi pendaki dengan berbagai destinasi :D

21:40
Tibalah jam keberangkatan kereta yang akan membawaku ke Surabaya, kota transit sebelum ke Malang. Setelah dadah-dadah sama para pengantar :D *makasih Mba Nurul celana daruratnya :p*, aku pun memasuki gerbong terdepan kereta seorang diri. Duduk di samping bapak paruh baya yang hendak pulang ke kampung halamannya, Madiun. Di depan sana, di belakang sana, arah jam 7, pun arah jam 11 aku melihat banyak anak muda yang ditilik dari keril-kerilnya memiliki agenda kegiatan yang sama denganku, mendaki gunung. Kereta berangkat sepuluh menit kemudian.

Kamis, 15 November 2012

Dijadwalkan kereta yang kutumpangi akan sampai di Stasiun Gubeng pukul 02:40. Namun karena keberangkatan mundur sepuluh menit, maka sampai stasiun tujuan pun menjadi mundur sepuluh menit. Rencana awal adalah sampai stasiun lalu mengantri tiket kereta lokal jurusan Malang, kereta Penataran. Loket belum lagi dibuka, namun sudah terlihat banyak sekali yang mengantri di depan pintu. Aku pun ikut mengantri di depan pintu.

03:30 pintu dibuka. Dan layaknya kumpulan ikan yang dilepas dari jaring, kami semua tumpah, merangsek berebut masuk ke dalam stasiun. Berusaha mendapatkan tempat paling depan. Apa daya dikarenakan tubuhku yang mungil dan membawa keril yang ehm..ukurannya tidak jauh beda dengan badanku, aku pun terdesak-desak di belakang. Pyuuhh... *usap kening*. Belum lagi 10 menit mengantri, dapat kabar beruntun dari antrean di depan bahwa kereta Penataran untuk jam keberangkatan pukul 04:30 sudah habis. Hah?? 

Agar tidak merusak rencana semula, aku pun memutar otak mencari alternatif untuk bisa sampai Malang pagi hari tanpa menggunakan kereta. Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Bapak yang berada tepat dibelakangku berbaik hati menjelaskan alternatif perjalanan menuju Malang menggunakan bus. Aku pun tak menyiakan kesempatan dengan banyak bertanya ini-itu ehehe. Namun ternyata pendengar si bapak bukan aku saja. Mbak-mbak yang mengantri di belakang si bapak pun ikut mendengarkan. Nampaknya dia pun memiliki tujuan yang sama denganku. Mencari alternatif selain kereta. Awalnya kami hanya saling senyum. Hingga pertanyaan ini pun terlontar, “ Mau ke Malang pagi ini?”. Mengangguk.
“ Mau naek bus juga?”
“ Iya. Kamu?”
“ Sama. Mau barengan?”
“ Yuk!”
Kurang lebih begitu percakapan singkat kami. Setelah memastikan tiket Penataran pukul 04:30 benar-benar sudah habis, keluarlah kami dari antrean. Saras, nama gadis yang berbincang denganku tadi. Bersama 2 orang kawannya, Rising dan Yaya, berniat menuju Pulau Sempu. Berempat kami menunggu angkot di depan Stasiun Gubeng. Hari masih gelap, azan subuh pun belum terdengar. Jalanan kota Surabaya masih lengang.

Ah! Ada angkot datang. Setelah bernegosiasi dengan bapak supir, beliau pun mau mengantar kami langsung ke Terminal Purbaya [biasanya harus naik angkot 2 kali]. Maka naiklah kami berempat. Tak berapa lama, 2 gadis ber-keril pun ikut bergabung. Dari obrolan singkat kami, tahulah aku ternyata mereka juga hendak ke Semeru, ikut rombongan Avtech. Mereka pun bercerita tak berhasil mendapatkan tiket Penataran. Senasib rupanya. Obrolan pun berlanjut. Kami akhirnya berkenalan. Mella dan Nda, begitu mereka biasa dipanggil. Datang dari mamakota, Jakarta.

Sesampainya di Terminal Purbaya, kami pun bersama-sama menuju masjid untuk menunaikan sholat Subuh sebelum dilanjut berburu bus. Pukul 04:40 kami resmi berada di bus menuju kota apel, Malang. Pukul 6 pagi gapura kota Malang pun terlihat sudah. Tak butuh waktu terlalu lama untuk sampai di terminal tujuan, Terminal Arjosari. Di terminal inilah kami berenam harus terpisah menjadi 2 rombongan. Aku, Mella, dan Nda akan menuju Stasiun Kotabaru menggunakan angkot AL/ADL. Sedangkan rombongan Sempu, yakni Saras, Rising dan Yaya akan memakai angkot yang berbeda. Sebelum berpisah kami sempatkan berfoto bersama dulu di depan terminal dan berjanji akan terus saling kontak. Pun kami sepakat menamai rombongan dadakan ini dengan sebutan Bolang Penataran. Meski singkat dan dipertemukan nasib secara tak sengaja, rasanya berkesan sekali sempat mengenal mereka. Dan begitulah perjalanan, akan ada kejutan di setiap belokan. Kita tak akan tau sebelum benar-benar berjalan :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar