The Team...
Andi Budiman. Kerap dipanggil Kang Andi, Ayah Andi, juga Kangkung.
Pemilik tubuh yang keterlaluan tingginya ini secara tak tertulis sudah menjadi
semacam leader di tim kami. Pembawaannya yang tenang *kalo nggak mau disebut
datar* membuat kami semua percaya sepenuhnya. Selalu berusaha menyelesaikan
masalah tanpa membuat yang lain panik. Akang satu ini meskipun terkesan
pendiam, tapi kalau sudah nyeletuk, dapat dipastikan kami bakalan ngakak
maksimal. Ditambah lagi ekspresinya yang selalu datar, lempeng banget. Kami
serombongan sepakat menjagokan Kang Andi ikutan Stand-up Comedy. Bakal kami
dukung 100% :D
Syahroni Akbar Prabowo.
Kang Arai, Kang Oni, Kang Roni, Papih Arai, Abang dan entah ada berapa
banyak lagi sebutan akrabnya. Rasanya sudah sepaket antara Kang Andi dan Kang
Arai ini. Dimana ada Kang Andi, disitu pula lah ada Kang Arai. Begitu pun
sebaliknya. Alhamdulillah perawakan Kang Arai tidak se-menjulang Kang Andi :p. Akang
berkaca-mata ini pandai “ngemong”, berpikiran positif, meskipun kadang
jail dan isengnya bikin geregetan -_-‘’
next: Teza, Teh Nadia...
***
Sebuah perjalanan selalu dimulai dari langkah pertama. Dan
perjalanan ini bermula dari ajakan Teza mendaki Gunung Semeru. Awalnya aku
menolak, dengan alasan baru beberapa bulan yang lalu kesana. Pun mengingat cuti
yang tersisa di tahun ini tinggal 3 hari. Di beberapa hari kemudian ajakan Teza
datang lagi. Dengan iming-iming adanya tanggal merah, maka cuti yang diambil
pun bisa diperpendek harinya, ittenerary pun menjadi masuk akal untuk dijalani.
Setelah melewati pelbagai pertimbangan termasuk di dalamnya adalah kerinduan
akan kejutan di Semeru *haish*, diputuskan aku akan ikut trip kali ini.
Bismillah...
Perlengkapan sudah disiapkan, tiket PP sudah dipesan,
tinggal packing akhir saja. Tidak sabar rasanya menanti hari H tiba. Sesuai
kesepakatan, kami semua akan bertemu di Stasiun Kotabaru Malang pagi hari tanggal
15 November 2012.
Rabu, 14 November 2012
Pagi...
Lagu Danger Line berseru-seru dari telepon selulerku. Dari
Teza. Membahas persiapan untuk pendakian esok hari. Teza sudah selesai packing,
sedangkan aku? Cuma bisa cengar-cengir melihat lantai kamar yang penuh dengan
aneka perlengkapan yang belum dimasukkan ke keril mungilku. Tak berapa lama
dari telepon Teza, Mbak Nurul mengirim pesan singkat. Ada kabar jalur pendakian
ke Semeru ditutup. Heuuu... :( Danger Line melengking-lengking lagi. Kali ini dari
Kang Arai. Masih tentang persiapan pendakian. Juga membahas isu yang tengah
marak dibicarakan, tutupnya jalur pendakian ke Semeru. Kang Arai berusaha
meyakinkan aku untuk terus berfikir positif. Yang penting sampai Malang dulu
besok pagi. Urusan ditutup atau tidak, yang penting diusahakan dulu. Oke, sip!
Dan sepanjang pagi hingga siang itu, Danger Line menjadi
lagu yang paling sering kudengar. Ada Mas David, Rian, Mbak Endah, Mas Ain, dan
entah siapa lagi yang turut berperan serta membuat Mas Shadows bernyanyi tak
henti :D. Pembicaraan di telepon pun tak jauh-jauh dari tema tutupnya jalur
pendakian yang kabarnya akibat membludaknya
jumlah pendaki dari rombongan Avtech. Ada kekhawatiran dalam hati bahwa
pendakian ke Semeru kali ini akan gagal. Tapi seperti kata Kang Arai, yang
penting sampai Malang dulu, usaha maksimal dulu.
Ba’da isya...
Siap berangkat. Rencana awal: rumah-rumah sepupu [pinjam
nesting]-makan malam-Stasiun Lempuyangan. Tapi apa mau dikata, sehabis
mengambil nesting pinjaman, hujan turun dengan derasnya. Berteduh pun nampaknya
hanya akan membuang waktu saja. Akhirnya dengan tekad bulat bermodal 1 mantel
hujan untuk dipakai 2 orang berboncengan, aku pun berbasah-basah ria. Rencana
makan malam pun batal. Yang penting sampai stasiun dulu karena hujan nampaknya
tak hendak reda. Alhasil sampai stasiun dengan kondisi yang cukup mengenaskan
:p. Celana total basah, jaket pun tak luput dari guyuran air hujan. Meski
begitu, di stasiun aku disuguhi pemandangan yang membuatku senyum-senyum
sendiri. Begitu banyak anak manusia dengan keril besarnya memenuhi stasiun. Nampaknya
gerbong kereta akan dipenuhi pendaki dengan berbagai destinasi :D
21:40
Tibalah jam keberangkatan kereta yang akan membawaku ke
Surabaya, kota transit sebelum ke Malang. Setelah dadah-dadah sama para
pengantar :D *makasih Mba Nurul celana daruratnya :p*, aku pun memasuki gerbong
terdepan kereta seorang diri. Duduk di samping bapak paruh baya yang hendak
pulang ke kampung halamannya, Madiun. Di depan sana, di belakang sana, arah jam
7, pun arah jam 11 aku melihat banyak anak muda yang ditilik dari
keril-kerilnya memiliki agenda kegiatan yang sama denganku, mendaki gunung.
Kereta berangkat sepuluh menit kemudian.
Kamis, 15 November 2012
Dijadwalkan kereta yang kutumpangi akan sampai di Stasiun
Gubeng pukul 02:40. Namun karena keberangkatan mundur sepuluh menit, maka
sampai stasiun tujuan pun menjadi mundur sepuluh menit. Rencana awal adalah
sampai stasiun lalu mengantri tiket kereta lokal jurusan Malang, kereta
Penataran. Loket belum lagi dibuka, namun sudah terlihat banyak sekali yang
mengantri di depan pintu. Aku pun ikut mengantri di depan pintu.
03:30 pintu dibuka. Dan layaknya kumpulan ikan yang dilepas
dari jaring, kami semua tumpah, merangsek berebut masuk ke dalam stasiun.
Berusaha mendapatkan tempat paling depan. Apa daya dikarenakan tubuhku yang
mungil dan membawa keril yang ehm..ukurannya tidak jauh beda dengan badanku,
aku pun terdesak-desak di belakang. Pyuuhh... *usap kening*. Belum lagi 10
menit mengantri, dapat kabar beruntun dari antrean di depan bahwa kereta
Penataran untuk jam keberangkatan pukul 04:30 sudah habis. Hah??
Agar tidak merusak rencana semula, aku pun memutar otak
mencari alternatif untuk bisa sampai Malang pagi hari tanpa menggunakan kereta.
Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Bapak yang berada tepat dibelakangku berbaik hati
menjelaskan alternatif perjalanan menuju Malang menggunakan bus. Aku pun tak
menyiakan kesempatan dengan banyak bertanya ini-itu ehehe. Namun ternyata
pendengar si bapak bukan aku saja. Mbak-mbak yang mengantri di belakang si
bapak pun ikut mendengarkan. Nampaknya dia pun memiliki tujuan yang sama denganku.
Mencari alternatif selain kereta. Awalnya kami hanya saling senyum. Hingga
pertanyaan ini pun terlontar, “ Mau ke Malang pagi ini?”. Mengangguk.
“ Mau naek bus juga?”
“ Iya. Kamu?”
“ Sama. Mau barengan?”
“ Yuk!”
Kurang lebih begitu percakapan singkat kami. Setelah
memastikan tiket Penataran pukul 04:30 benar-benar sudah habis, keluarlah kami dari
antrean. Saras, nama gadis yang berbincang denganku tadi. Bersama 2 orang
kawannya, Rising dan Yaya, berniat menuju Pulau Sempu. Berempat kami menunggu
angkot di depan Stasiun Gubeng. Hari masih gelap, azan subuh pun belum
terdengar. Jalanan kota Surabaya masih lengang.
Ah! Ada angkot datang. Setelah bernegosiasi dengan bapak
supir, beliau pun mau mengantar kami langsung ke Terminal Purbaya [biasanya
harus naik angkot 2 kali]. Maka naiklah kami berempat. Tak berapa lama, 2 gadis
ber-keril pun ikut bergabung. Dari obrolan singkat kami, tahulah aku ternyata
mereka juga hendak ke Semeru, ikut rombongan Avtech. Mereka pun bercerita tak
berhasil mendapatkan tiket Penataran. Senasib rupanya. Obrolan pun berlanjut.
Kami akhirnya berkenalan. Mella dan Nda, begitu mereka biasa dipanggil. Datang
dari mamakota, Jakarta.
Sesampainya di Terminal Purbaya, kami pun bersama-sama
menuju masjid untuk menunaikan sholat Subuh sebelum dilanjut berburu bus. Pukul
04:40 kami resmi berada di bus menuju kota apel, Malang. Pukul 6 pagi gapura
kota Malang pun terlihat sudah. Tak butuh waktu terlalu lama untuk sampai di
terminal tujuan, Terminal Arjosari. Di terminal inilah kami berenam harus terpisah
menjadi 2 rombongan. Aku, Mella, dan Nda akan menuju Stasiun Kotabaru
menggunakan angkot AL/ADL. Sedangkan rombongan Sempu, yakni Saras, Rising dan
Yaya akan memakai angkot yang berbeda. Sebelum berpisah kami sempatkan berfoto
bersama dulu di depan terminal dan berjanji akan terus saling kontak. Pun kami
sepakat menamai rombongan dadakan ini dengan sebutan Bolang Penataran. Meski
singkat dan dipertemukan nasib secara tak sengaja, rasanya berkesan sekali
sempat mengenal mereka. Dan begitulah perjalanan, akan ada kejutan di setiap
belokan. Kita tak akan tau sebelum benar-benar berjalan :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar