"Aku lebih menyukai keluarga yang telah kupilih, daripada keluarga yang telah diberikan padaku..."
- halaman 422 -
Dadaku terasa sesak mau meledak alih-alih menangis saat membaca buku ini. Sebuah memoar Tara Westover yang luar biasa. Tara membawa pembaca ke dunianya, ke dunia yang tersembunyi, yang keberadaannya tidak kusangka masih ada.
Tara Westover lahir dan tumbuh di Buck's Peak, pegunungan Idaho. Jauh dari masyarakat kebanyakan sehingga tidak ada yang tahu apakah anak-anak Westover pergi ke sekolah atau tidak. Dan bahkan saat salah seorang kakak laki-laki Tara melakukan kekerasan, tidak ada yang benar-benar turun tangan. Seolah itu sesuatu yang normal terjadi. Ketika kakak laki-lakinya yang lain masuk ke perguruan tinggi, Tara pun ingin mencoba kehidupan baru. Perjalanan pencariannya akan pengetahuan mengubah Tara. Membawanya jauh sampai ke universitas-universitas terbaik di dunia, Harvard dan Cambridge. Juga membawanya pada banyak hal yang ternyata bertentangan dengan apa yang selama ini ia yakini sebagai kebenaran. Apakah kelak keluarga Westover akan menerima Tara kembali dengan segala perubahannya? Atau sudah tidak ada lagi jalan untuk kembali pulang?
Tara kecil tidak pernah pergi sekolah. Sesekali ibunya mengajari membaca dan berhitung. Selebihnya Tara menghabiskan waktu membantu orang tuanya bekerja, memilah rongsokan bersama ayah dan kakaknya juga meracik ramuan bersama ibunya. Usianya tujuh belas ketika pertama kali masuk ruang kelas. Karena tidak pernah bersekolah formal sebelumnya, Tara berjuang begitu keras agar tidak ketinggalan. Dan meski harus dijauhi teman-temannya karena kebiasaannya yang tidak seperti kebanyakan orang, Tara berhasil bertahan dan beradaptasi. Otaknya yang cemerlang tidak lagi mampu disembunyikan dari diri Tara yang kikuk. Dia pun melesat jauh, mengambil kesempatan-kesempatan yang mungkin diperolehnya. Meski dia harus membayar itu semua dengan makin "jauhnya" dia dengan keluarganya.
Dalam perjalanannya, Tara menemukan bahwa yang selama ini ayahnya katakan tidak selalu benar. Tumbuh dalam keluarga patriarki, Tara harus menerima bahwa ayahnya selalu benar. Bahkan bila seluruh dunia berkata ayahnya salah, Tara dan saudara-saudaranya harus meyakini bahwa ayahnyalah yang benar. Ada sebuah bagian menyedihkan dimana Tara bahkan sampai meragukan dirinya sendiri, ingatannya, juga apa yang diyakininya benar. Dia hampir yakin bahwa dirinya salah. Aku tidak bisa membayangkan betapa sulitnya bagi Tara untuk menerima itu semua. Pendidikan membuat Tara menemukan banyak hal yang tidak diketahuinya dan juga yang selama ini disalahpahami olehnya. Tapi mendapatkan pengetahuan itu juga membuatnya merasa telah mengkhianati keluarganya.
Sesat. Bahkan ayahnya mengatakan Tara telah tersesat. Tidak sampai di situ saja, ketika Tara berusaha menolong keluarga itu dan mengungkap tentang kekerasan yang dilakukan salah satu kakak laki-lakinya, dia dikhianati oleh keluarganya sendiri. Oleh kakak perempuannya. Juga oleh ibunya. Jujur di bagian itu, rasanya sesak sekali. Aku seperti ingin melompat dan menyeret Tara keluar dari keluarga itu. Aku ingin berkata padanya untuk menyudahi itu semua.
"Ketika hidup itu sendiri tampak gila, siapa yang tahu di mana letak kegilaan itu?"
- halaman 451 -
Aku tahu, bahkan ketika keluargamu sendiri memperlakukanmu begitu buruk, kamu tidak bisa serta merta melepaskan diri. Sekalipun rasanya kamu mampu. Lebih nyaman untuk merasa diterima, dibanding harus merasa berbeda dan berjuang sendirian. Sekalipun apa yang diperjuangkan itu kebenaran. Kita seringkali tidak sadar telah sangat jauh memberikan diri kita sendiri kepada orang-orang yang kita cintai.
Kupikir, Tara Westover menulis memoar 500 halaman ini dengan sangat baik. Tara dengan berani membawa kisahnya yang tak biasa dan menuliskannya dengan indah. Meski aku yakin, banyak hal menyakitkan yang harus dia ingat kembali. Setelah membaca memoar ini, aku tidak berharap apapun selain kebaikan dan kebahagiaan untuk Tara. Dia pantas mendapatkan itu.