Setelah beberapa bulan yang penuh lembur dan stres karena pekerjaan, sepertinya aku layak (atau butuh) untuk sebuah liburan singkat (meskipun inginnya lamaan dikit). Sisa cuti tahun ini pun kuambil. Namun belum ada rencana akan ke mana. Pilihan liburan masih seputar Dieng, Malang, atau goler-goler saja di rumah. H-1 malam aku dan suami masih diskusi dan belum ada keputusan wkwk. Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya diputuskan Dieng akan kembali menjadi tujuan kami kali ini. Malam itu juga kami menentukan beberapa destinasi yang akan kami kunjungi, reservasi hotel dan packing. Super kilat.
16 November 2023
Sekitar pukul tujuh lewat tiga puluh menit pagi kami bersiap berangkat. Kali ini kami akan mencoba rute baru, lewat Borobudur. Menurut map, rute ini dapat memangkas waktu perjalanan hingga satu jam. Aku hanya berharap jalannya bagus dan tidak hujan. Sempat bertemu gerimis dan gerimis agak deras meski sebentar. Kami cukup berteduh beberapa saat di emperan toko dan tidak perlu memakai jas hujan. Alhamdulillah sesuai perkiraan map, kami sampai di homestay dalam waktu dua jam beberapa menit saja. Tapi karena belum masuk jam check-in, kami hanya menitip tas dan kemudian pergi jalan-jalan. Cuaca Wonosobo hari itu tidak cerah, mendung tapi tidak hujan.
Berbekal panduan google map, kami melihat beberapa dari list destinasi yang ingin kami kunjungi berada di sekitaran homestay. Yaudah langsung gas aja kan. Tujuan pertama adalah Gunung Cilik. Tapi siapa sangka justru jalan menuju Gunung Cilik malah lebih ciamik. Kami melewati kelok jalan di tengah Kebun Teh Bedakah yang syahdu. Hujan sepertinya baru saja turun dan menyisakan kabut yang menambah keelokan kebun teh. Foto-foto dulu dong tentu. Masa iya secantik itu pemandangannya gak berhenti dan foto.
 |
❤ |
 |
teh |
 |
blusukan |
 |
setelah kabut hilang |
Puas berkeliling area kebun teh, kami menuju Gunung Cilik. Lepas dari jalan raya, jalan menuju pos masuk Gunung Cilik sungguh membutuhkan keterampilan berkendara. Jalannya masih berupa batu-batu yang tidak rata dan kupikir akan licin saat hujan turun.Tiket masuk Gunung Cilik 10.000 rupiah per orang sudah termasuk biaya parkir. Setelah membayar tiket masuk, kami pun mulai berjalan mendaki Gunung Cilik. Gunung (bisa disebut bukit kurasa) ini memiliki ketinggian 1550 mdpl dan bisa ditempuh sampai ke puncaknya kurang lebih 15 menit berjalan kaki. Kami sempat kehujanan di tengah jalan menuju puncak gunung. Alhamdulillah hanya sebentar lalu reda. Beruntung hanya ada kami berdua saat di puncak, bisa puas berfoto. Pemandangan dari puncak gunung sungguh luar biasa. Hamparan kebun teh dengan kabut di sana sini menambah kecantikannya. Meski sayang sekali Gunung Sindoro-Sumbing tidak terlihat karena mendung. Apakah ini artinya kami harus ke sana lagi lain kali?
 |
menuju pos masuk Gunung Cilik |
 |
track |
 |
puncak Gunung Cilik |
 |
pemandangan dari puncak |
 |
foto sendiri dulu |
 |
foto berdua |
 |
ganti pose |
 |
pose apa lagi ya? |
 |
pose pura-pura menatap masa depan |
 |
yaudah lah ya bebas aja |
Kami turun dari puncak gunung saat mulai banyak pengunjung yang datang. Hari belum terlalu sore, sepertinya sempat ke destinasi kedua. Telaga Bedakah. Saat kami sampai di tujuan, ternyata Telaga Bedakah tidak seperti yang terlihat di foto-foto instagram. Telaganya tidak terlalu besar, Gunung Sindoro-Sumbing pun sedang tidak terlihat, dan lagi saat kami sampai banyak rombongan piknik ibu-ibu yang memenuhi sudut-sudut teduh. Beruntung kami bisa melihat dari luar situasinya dan memutuskan untuk tidak masuk. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang (agak sore) sebelum kembali ke homestay untuk beristirahat.
17 November 2023
Hari kedua. Bangun pagi dengan embun sejuk di seluruh permukaan pintu kaca rasanya sungguh berbeda, menyegarkan. Menyenangkan menikmati pagi dengan santai, menikmati teh hangat dan sempat membaca buku serta tidak terburu-buru dan berusaha tepat waktu menyiapkan segalanya.
 |
selamat pagi |
Hari ini kami berencana mengunjungi Kebun Teh Tambi. Destinasi selanjutnya diputuskan nanti saja melihat cuaca. Berangkat dengan santai, kami sarapan dulu di kedai sop ayam dan tiba di Kebun Teh Tambi sekitar pukul sepuluh pagi. Kami membayar 10.000 rupiah per orang untuk tiket masuk Kebun Teh Tambi/Patean Tambi. Berbeda dengan saat terakhir kali aku berkunjung belasan tahun lalu, Tambi sekarang sepertinya dikelola cukup baik sebagai tempat wisata. Disediakan jembatan kayu bagi para pengunjung, selain menambah kenyamanan kurasa ini sekaligus untuk mengurangi kerusakan pohon teh dari tangan-tangan jail pengunjung. Terdapat pula kedai kopi mungil di area kebun. Tempat yang cocok sekali untuk bersantai, kecuali di bagian banyaknya lalat. Entah karena apa banyak sekali lalat beterbangan, sungguh mengganggu. Puas berkeliling kebun teh, aku bersantai di kedai kopi sambil menunggu suami yang keluar sebentar untuk shalat jumat di masjid. Sekembalinya suami dari sholat jumat, kami bersantai sejenak lagi menikmati teh sebelum beranjak pergi makan siang.
 |
Patean Tambi |
 |
hamparan kebun teh |
 |
jembatan kayu |
 |
ngeteh with a view |
 |
ngobrol |
Makan siang kami kali ini makanan khas kota Wonosobo, mie ongklok. Dulu, saat kali pertama mencoba makan mie ongklok aku kurang menyukai rasanya. Kali ini aku ingin mencoba lagi di kedai mie ongklok Bang Amir dan kupikir rasanya cukup enak. Mie ongklok sudah termasuk pelengkapnya sate lima tusuk dihargai 15.000 rupiah saja. Makan siang murah meriah dan enak.
 |
mie ongklok |
Cuaca cukup bersahabat meski tidak cerah. Setelah makan siang, kami menuju destinasi kedua untuk hari ini, Telaga Menjer. Telaga atau danau yang berada di ketinggian 1300 mdpl ini terbentuk akibat letusan vulkanik di kaki Gunung Pakuwaja. Dengan luas kurang lebih 70 hektar dan kedalaman 50 meter, Telaga Menjer menjadi telaga terluas di Kabupaten Wonosobo. Selain menjadi tempat wisata, Telaga Menjer dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik melalui PLTA Garung. Pemandangan di Telaga Menjer sungguh cantik. Bila sedang beruntung, Gunung Sindoro pun dapat terlihat dari telaga ini. Disediakan banyak perahu mesin untuk pengunjung yang ingin berkeliling telaga. Kami tidak mencoba naik perahu dan hanya berjalan-jalan di tepian telaga, duduk menikmati pemandangan dan mengobrol sampai sore.
 |
Telaga Menjer |
 |
gak tau suami pake filter apa, berasa di film Twilight wkwk |
Sudah lewat jam empat sore ketika kami beranjak dari Telaga Menjer. Saatnya pulang ke homestay. Saat di tengah perjalanan, tidak sengaja aku melihat Gunung Sindoro (mudah-mudahan gak salah) yang sejak hari pertama di Wonosobo tertutup kabut dan mendung. Langsung mlipir dong, foto dulu.
 |
keliatan dikit juga gak papa |
 |
lebih dekat lagi |
Setelah gunungnya tertutup awan lagi kami melanjutkan perjalanan. Mampir dulu ke masjid buat sholat. Taunya di sebelah masjid ada yang jual martabak mini, yaudah jajan sekalian. Di gerobaknya sih tertulis martabak mini, nyatanya martabaknya gak semini yang biasa dijual di Jogja. Cukup besar dan harganya murah aja dong. Mulai 2.500 rupiah aja tergantung rasa yang dipilih. Karena cuaca mulai dingin dan martabaknya hangat plus terlihat menggiurkan jadilah kami ngemper dulu di tangga masjid makan martabak mini yang gak mini. Nikmat sekali.
 |
makan martabak mini di emperan masjid |
18 November 2023
Hari terakhir di Wonosobo. Hari ini niatnya mau bersantai aja di homestay sebelum check-out. Setelah sarapan, mas suami berenang di kolam renang sedangkan aku baca buku aja di tepian kolam. Sungguh pagi yang santai. Menjelang siang, kami packing, check-out, berangkat ke Dieng. Haha.
 |
ada yang seneng mainan flamingo karet |
 |
homestay tempat kami menginap |
Kawah Sikidang menjadi destinasi pertama saat sampai Dieng. Berbeda dengan kunjungan terakhir kami, sekarang di Kawah Sikidang telah disediakan jembatan kayu untuk pengunjung. Lebih nyaman dan estetik. Kami membayar 20.000 rupiah per orang untuk tiket terusan Kawah Sikidang dan Candi Arjuna. Kawah Sikidang merupakan kawah aktif terbesar di dataran tinggi Dieng yang terbentuk akibat letusan gunung berapi pada jaman dahulu. Di kawah ini kita bisa melihat lumpur yang meletup-letup dan mengeluarkan kepulan asap putih dengan bau belerang yang khas. Jangan lupa pakai masker terutama saat berada dekat dengan kawah.
 |
mandatory selfie, biar inget ini di mana wkwk |
 |
cari tempat teduh dulu. buat apa? |
 |
buat makan dong, jajan baby potato khas Dieng |
 |
jalan menuju kawah |
 |
Kawah Sikidang |
 |
yang penting ada foto di depan kawah |
Cukup puas berkeliling, kami beranjak menuju Kompleks Candi Arjuna. Konon, Candi Arjuna diperkirakan sebagai candi tertua di Jawa. Dibangun pada abad ke-8 Masehi, candi ini ditujukan sebagai tempat persembahyangan umat Hindu di masa Mataram Kuno. Selain Candi Arjuna, di kompleks ini juga terdapat candi lain yaitu Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembadra. Karena sudah beberapa kali mengunjungi dan situasi cukup ramai (mungkin karena datang di hari Sabtu) kami sebentar saja di Candi Arjuna.
 |
di Candi Arjuna |
 |
mau ngapain ya? udahlah rame, panas lagi |
 |
yaudah pulang aja yuk |
 |
oke, foto sekali lagi |
Saatnya benar-benar pulang ke Jogja. Tapi oh, karena sudah berada di Banjarnegara sebaiknya beli dawet ayu dulu. Biar merasakan keotentikan dawet ayu khas Banjarnegara yang belinya di Banjarnegara wkwk. Dawet ayu yang manis menutup liburan singkat kami kali ini.
 |
dawet ayu asli Banjarnegara |
Sampai jumpa lagi, Dieng. Sampai jumpa lagi, Wonosobo.