Minggu, 27 Agustus 2023

Sebuah Catatan Episode Terakhir Celebrity



sumber: pinterest

"Kalian memamerkannya dan membuat hidup kami seperti sampah."
"Apa sulit bagi kalian untuk diam?"
"Apa kalian harus menyombongkan diri?"
"Kumohon diamlah. Itu menjijikkan dan membuatku gila..."

Kalimat-kalimat di atas adalah kalimat yang diucapkan Lee Seon-yeong alias Lee Eun-chae alias _bbbfamous dalam serial Netflix Celebrity episode terakhir. Aku begitu tercengang sampai harus mengulang adegan itu berulang kali. 

Kalimat-kalimat itu mengacu pada sebuah kelompok yang sering kali mengunggah rumah mewah mereka, barang-barang bermerek yang dipakai, juga mobil super mereka di sosial media.

Dan meskipun acuannya berbeda ~tidak melulu bersifat kebendaan pun kemewahan~, kurasa kalimat-kalimat serupa itu pernah melintas di pikiran-pikiran kita.

Kata orang solusinya mudah. Tidak usah buka sosial media. Tidak usah ikuti akunnya. Tidak usah lihat unggahannya. Nyatanya seringkali tidak sesederhana itu. Dia mungkin keluarga, rekan kerja, atau tetangga. Mendadak tidak mengikuti akunnya akan menimbulkan kesalahpahaman yang lain. Yang tidak sederhana untuk dijelaskan.

Tapi sekali lagi, kita tidak pernah bisa menggunakan kutukan imperius seperti Voldemort untuk mengontrol orang lain. Karena tentu saja setiap orang memiliki pemikiran dan perasaannya sendiri. Yang bisa kita lakukan adalah mengontrol diri sendiri. Sekalipun itu artinya menahan diri, sekalipun itu tidak nyaman dan bahkan mungkin menyakitkan.

Hal lain yang kemudian menjadi catatan dari adegan itu adalah pesan bahwa unggahanmu di sosial media mungkin bisa menjadi sumber ketidaknyamanan bagi orang lain. Sebuah pesan untuk jangan over sharing atau jangan berlebihan dalam mengunggah sesuatu ~kehidupan pribadimu~ di sosial media. Apapun itu. Sekali dua kali mungkin akan dilewati begitu saja oleh orang lain. Respon awal mereka mungkin akan ikut senang untukmu atau menganggap itu lucu atau bahkan menjadi kagum padamu. Tapi ketika begitu sering diunggah, begitu detail diceritakan, begitu berlebihan, akan ada orang-orang yang kemudian muak. Dan mungkin tersakiti. Dan bahkan menjadi sumber kekacauan seperti digambarkan di serial drama ini.

Sabtu, 26 Agustus 2023

I K I G A I

"Hal-hal penting untuk kebahagiaan dalam hidup ini adalah adanya sesuatu yang harus dilakukan, sesuatu untuk dicintai, dan sesuatu yang bisa diharapkan."
-Washington Burnap-



Buku ini begitu cepat membuatku jatuh cinta. Covernya, judulnya, uraian singkatnya. Dan begitu mulai membaca, rasanya tidak ingin berhenti sebelum halaman terakhir. Ditulis dengan apik, disertai kisah-kisah menarik, poin-poin penting terhighlight dengan baik dan bahkan disertai peta isi buku secara keseluruhan. Menyenangkan sekali membaca buku ini.

Kata ikigai berasal dari konsep Jepang, yang bisa diterjemahkan kira-kira sebagai "berbahagia dengan tetap menyibukkan diri". Penulis buku ini percaya bahwa mereka yang menemukan ikigai memiliki semua yang dibutuhkan untuk melalui hidup dalam perjalanan panjang yang menyenangkan.

Beberapa orang mungkin sudah menemukan ikigai mereka. Beberapa lagi masih mencari. Buku ini memberikan langkah-langkah untuk mereka yang ingin menemukan ikigainya:
1. Menjaga agar pikiran tetap aktif
2. Menemukan tujuan hidup
3. Melakukan yang terbaik
4. Menemukan hal yang membuat bahagia
5. Meditasi untuk emosi lebih sehat
6. Gunakan flow untuk menemukan ikigai Anda

Flow yang dimaksud dalam buku ini adalah saat dimana kita sepenuhnya tenggelam dalam apa yang sedang kita lakukan. Sehingga waktu berjalan terasa sangat cepat atau tidak terasa dan tidak ada hal lain yang tampak penting. Melalui flow ini pengalaman yang optimal dapat dicapai.

Pulau Okinawa di Jepang yang memiliki banyak centenarian (orang berusia lebih dari 100 tahun) menjadi tempat riset penulis. Mereka melakukan 100 wawancara di Ogimi, sebuah desa di Okinawa yang dijuluki Desa Umur Panjang sebelum akhirnya menerbitkan Ikigai. Dalam wawancara ini penulis mengulik tentang filosofi hidup mereka, ikigai mereka, rahasia umur panjang, kebiasaan hidup, dan bahkan diet ala masyarakat Ogimi.

Pada akhirnya penulis menyimpulkan sepuluh aturan ikigai yang dirangkum dari kebijaksanaan warga Ogimi yang berusia panjang:
1. Terus aktif, jangan pensiun
2. Perlahan saja
3. Jangan penuhi perutmu
4. Kelilingi dirimu dengan teman baik
5. Bugar untuk ulang tahun yang akan datang
6. Senyum
7. Berhubungan kembali dengan alam
8. Bersyukurlah
9. Hiduplah pada saat ini
10. Ikuti ikigai-mu

Banyak bagian yang menurutku menarik dari buku ini. Beberapa diantaranya yang pertama adalah gagasan "Teruslah aktif, jangan pensiun" dimana sekarang banyak orang berlomba-lomba mencari uang sebanyak-banyaknya agar bisa pensiun lebih cepat. Tapi ternyata kalau kita melakukan pekerjaan yang membuat bahagia, kenapa harus pensiun? Boleh jadi kita melakukan pekerjaan yang sekarang karena tuntutan. Kalau begitu, lakukanlah sesuatu yang lain. Yang menyenangkan. Yang membuat bahagia. Dan terus lakukan itu bahkan ketika nanti sudah pensiun dari pekerjaan utama untuk membuat kita tetap aktif.

Yang kedua, buku ini ditulis oleh orang Eropa yang meneliti cara hidup masyarakat Jepang dengan menggunakan banyak penelitian lain sebagai referensi. Uniknya adalah hasil penelitian-penelitian ini sangat relevan dengan ajaran-ajaran dalam agama Islam. Sebut saja aturan ikigai nomor tiga, jangan penuhi perutmu, sesuai dengan anjuran dalam Islam untuk makan ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Dalam bab Diet Ikigai buku ini disebutkan pula tentang rekomendasi Diet 5:2 (dua hari puasa, lima hari makan normal) setiap minggunya. Ini relevan dengan sunah puasa Senin-Kamis dalam Islam. Selain itu, masih banyak hal lain di buku ini yang kurasa begitu relevan seperti bergaul dengan teman-teman yang baik, senyum dan juga bersyukur. Semuanya ada dalam ajaran Islam bahkan sebelum penelitian ini ada.

Membaca buku ini membuatku berfikir betapa sedikit yang aku baca, betapa sedikit yang aku tahu, dan lebih sedikit lagi yang aku mengerti. Tentang diriku, tentang agamaku, tentang hidupku. 



Jumat, 25 Agustus 2023

Lombok, 2023

Kembali ke Lombok belum pernah terasa asing. Sekalipun bertahun-tahun kemudian. Entah mengapa. Seperti tahun ini, aku kembali ke Lombok. Memilih berlebaran dengan Mbak Ana, kakak perempuanku. Namun sebagai tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan, aku terdampak aturan dilarang mengambil cuti di tanggal cuti bersama. Maka berangkatlah aku persis di tanggal setelah tanggal cuti bersama berakhir. Tidak banyak yang akan kuceritakan. Hanya rekap singkat perjalanan untukku yang pelupa.

26 April 2023

Ini adalah penerbanganku yang pertama setelah beberapa tahun akibat pandemi Covid-19. Dan kali pertama juga mencoba kereta api bandara hihi. Rasanya menyenangkan bisa bepergian dengan bebas lagi. Tapi rasa senang itu tidak berlangsung lama. Begitu sampai di bandara Lombok, barulah kami tahu kalau bagasi satu pesawat masih tertinggal di Jogja. Ha-ha. Para penumpang pun berbondong-bondong protes. Setelah berunding serta mempertimbangkan waktu yang juga sudah malam kami sepakat mengambil ke bandara esok hari daripada menunggu lama bila dikirimkan.

Yogyakarta International Airport


27 April 2023

Setelah sarapan nasi kaput ~sejak di Jogja aku berencana makan nasi kaput setiap pagi di Lombok~, kami bersantai dan menghabiskan waktu berkumpul dan mengobrol. Empat tahun tidak bertemu keponakanku sudah besar-besar 🥺. Kami tidak ada agenda hari ini selain kembali ke bandara dan mengambil yang tertinggal.

Nada, si keponakan yang udah gede aja 🥺

Nasi kaput dengan aneka macam lauk

Aku dan suami juga tidak ada rencana pasti akan jalan-jalan kemana di kunjungan Lombok kali ini. Hanya ingin berkumpul bersama keluarga. Toh Lombok tidak pernah kehabisan tempat untuk dikunjungi.

28 April 2023

Pagi-pagi setelah sholat subuh kami diajak ke Pantai Labuhan Haji. Langit masih gelap, mata masih mengantuk, dan tak ada seorangpun yang sudah mandi.

Sarapan di pantai. Itu tujuannya wkwk. Tapi karena masih pagi benar, banyak warung yang belum buka. Tidak banyak pilihan. Dan yang kami pilih ternyata tidak seenak itu. Masih lebih enak masakan rumahan buatan Mbak Ana.

Pantai Labuhan Haji




29 April 2023

Setelah beberapa hari berkegiatan (mengobrol dan menjajal aneka makanan-jajajan Lombok) di rumah, hari ini aku dan suami akan jalan-jalan. Tujuan hari ini adalah pantai favorit kami; Pantai Kuta, Pantai Tanjung Aan dan Bukit Merese. Siapa sangka akhirnya kami hanya naik Bukit Merese ~yang kali ini sudah hijau~ dan melihat pantai penuh manusia dari atas bukit.

Sate Rembiga yang super enak

Berbeda dengan Jogja, Idul Fitri di Lombok tidak hanya dirayakan saat hari H atau beberapa hari setelahnya saja. Seminggu setelah hari H, Lombok kembali berlebaran. Dan malah lebih meriah. Takbir kembali menggema. Masyarakat berbondong-bondong ziarah leluhur dilanjutkan ke pantai untuk rekreasi sambil menikmati bekal ketupat dan pelengkapnya. Lebaran Topat (Lebaran Ketupat) namanya. Kukira takkan seramai itu, tapi ternyata memang SE-RAMAI itu. Pantai benar-benar penuh. Lautan manusia. Kurasa aku cukup beruntung bisa melihat dan secara tidak langsung bergabung dalam perayaan Lebaran Topat di Lombok.

Bukit Merese







30 April 2023

Hari ini aku dan suami akan berjalan-jalan ke air terjun yang cukup terkenal di Lombok. Air Terjun Benang Stokel dan Air Terjun Benang Kelambu. 

Benang Stokel menurut bahasa setempat kira-kira artinya segumpal benang. Hal ini mengacu pada wujud air terjun yang menyerupai benang yang diikat menyatu. Air terjun yang memiliki dua terjunan air setinggi 30 meter ini memiliki kisah mitosnya yang terkenal. Konon Air Terjun Benang Stokel menjadi tempat membersihkan diri Dewi Anjani ~makhluk gaib yang dipercaya menunggu Gunung Rinjani~. 

Air Terjun Benang Stokel

Begitu pula Benang Kelambu yang disebut demikian karena wujudnya yang menyerupai kelambu/tirai. Berbeda dari air terjun kebanyakan yang airnya seolah tumpah deras, Benang Kelambu airnya tumpah tipis-tipis dari sela tetumbuhan dan nampak lembut. Cantik sekali.

Air Terjun Benang Kelambu




Perjalanan menuju air terjun dari tempat parkir tidak dekat tapi juga tidak begitu jauh. Kami berjalan kaki sekitar 20 menit dengan pepohonan yang rimbun di kanan dan kiri untuk sampai di Air Terjun Benang Stokel. Dan sekitar 25 menit berjalan kaki dari Benang Stokel untuk sampai ke Benang Kelambu. Tapi itu sepadan dengan yang akhirnya kami jumpai. Benang Kelambu benar-benar cantik. Bagi yang tidak mau terlalu lelah berjalan, setelah keluar dari Benang Kelambu terdapat fasilitas ojek yang bisa ditumpangi untuk kembali ke pintu masuk objek wisata.


Track menuju air terjun

Kami beristirahat sejenak sebelum akhirnya memutuskan dengan spontan akan ke Pantai Pink. Pantai yang berada di ujung pulau dan berjarak kira-kira dua jam perjalanan bermotor dari Benang Kelambu. Kalau diingat-ingat kembali, kami ternyata se-random itu wkwk

Setelah dua jam perjalanan yang cukup melelahkan, sampailah kami di Pantai Pink. Pantai masih ramai. Entah karena hari libur atau masih lanjutan Lebaran Topat kemarin. Kami pun memilih melipir ke atas bukit di sebelah pantai. Dan pemandangan dari atas bukit nyatanya lebih cantik. Lombok memang secantik ini.


Pantai Pink





Sunset


Foto terakhir sebelum hp mati kehabisan baterai

Hari mulai gelap ketika kami turun. Baterai handphone sudah habis. Cukup untuk hari ini. Saatnya pulang. Dan ternyata kami kesasar. Hahaha. Udahlah pulang malam, kesasar di antah berantah, gerimis pula. Tapi alhamdulillah akhirnya sampai rumah dengan selamat dan sukses membuat orang rumah khawatir :p

1 Mei 2023

Rencana ke Sembalun yang sempat gagal beberapa kali akhirnya terealisasi. Pagi-pagi benar Mbak Ana membangunkan kami semua untuk bersiap ke Sembalun. Langit belum lagi terang, jalanan dengan kelokan yang menantang masih lengang. Baru pukul tujuh pagi ketika kami serombongan sampai di Taman Wisata Pusuk Sembalun. Dikelilingi bukit nan hijau, suasana pagi di Sembalun terasa dingin khas pegunungan. Beberapa monyet liar sesekali menghampiri. Penasaran apakah kami membawa makanan.





Family 🤍 (minus Mas Toni yang lagi sibuk banget)

Beranjak dari Pusuk, kami menuju Sembalun Lawang, mengunjungi rumah salah seorang kawan Nada ~keponakanku~. Siti namanya. Dari rumah Siti, aku bisa melihat sedikit bagian Gunung Rinjani. Ah, ingin sekali mendaki ke sana. Dan oh, di rumah Siti pula untuk kali pertama aku mencoba isi buncis yang dimakan seperti kacang. Isian buncis khas Sembalun itu dikeringkan terlebih dahulu sebelum kemudian diolah dan dibumbui hingga akhirnya menjadi cemilan yang enak. Terima kasih ya, Siti 😆


Buncis Sembalun

Pulang dari rumah Siti, kami turun dari Sembalun. Sepanjang perjalanan, mata benar-benar dimanjakan pemandangan di kanan dan kiri kami. Bukit-bukit hijau yang menjulang, langit yang biru, perkebunan warga setempat, juga Rinjani yang tampak cantik sekali. 

Mengunjungi Pohon Purba Lian di Pringgabaya adalah agenda terakhir kami hari itu. Pohon Purba ini diyakini berusia ratusan tahun. Menjulang dengan ketinggian sekitar 40 meter dan diameter yang seukuran pelukan 3 sampai 4 orang dewasa, pohon ini benar-benar mewujud pohon raksasa. Akarnya yang panjang mencuat hingga lebih dari satu meter di atas permukaan tanah. Setelah puas berkeliling melihat pepohonan raksasa, kami beristirahat di berugak kecil sambil menikmati bakso pentol yang entah kenapa rasanya selalu lebih enak dibanding yang dijual di Jogja :p 

Pohon purba





3 Mei 2023

Cuti sudah hampir habis, saatnya kembali ke Jogja. Lombok, akan selalu punya ruang tersendiri di hati. Sekalipun aku kembali setelah bertahun-tahun dan Lombok juga terus berubah, bagiku tempat itu akan selalu sama hangatnya. Sehangat kenanganku. Kenangan masa kecil, kenangan rumah kami, juga kenangan tentang Ibu. 

Sampai jumpa lagi, Lombok